EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Efektivitas Pembelajaran
Jika dilihat
dari istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang berbeda, yakni
efektivitas dan pembelajaran. Makna dari efektivitas itu sendiri adalah
ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.
Sedangkan
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai
pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi
siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan
adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan
fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan
akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri.
Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam
tujuan instruksional.
Dari segi
proses, belajar dan perkembangan merupakan proses internal siswa. Pada belajar
dan perkembangan, siswa sendiri yang mengalami, melakukan, dan menghayatinya.
Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran, dimana proses interaksi terjadi
antara guru dengan siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan
mental, sehingga menjadi mandiri dan utuh, disamping itu pula proses belajar
tersebut terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
Dalam Proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk
mempelajari bahan belajar. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi suku rinci dan menguat. Adanya
informasi tentang sasaran belajar, penguatan, evaluasi dan keberhasilan
belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.
Dari
kegiatan interaksi belajar-mengajar tersebut, guru membelajarkan siswa dengan
harapan bahwa siswa belajar. Maka, ranah-ranah tersebut semakin berfungsi.
Sebagai ilustrasi, pada ranah kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan,
pemahaman, dapat menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi. Pada
ranah afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap,
mengorganisasi dan membentuk pola hidup. Sedangkan pada ranah psikomotorik siswa
dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan
kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.
Walaupun
kita tahu bahwa belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran atau dilakukan
secara insidental, namun demikian dampak pembelajaran tersebut terhadap belajar
sangat bermanfaat dan biasanya mudah diamati. Apabila pembelajaran dirancang
untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu (a specific learning objective),
maka pembelajaran itu mungkin akan lebih berhasil atau lebih efektif dalam
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Pembelajaran
mencakup peristiwa-peristiwa yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh sesuatu yang
bisa berupa bahan cetakan (buku teks, surat kabar, majalah, dsb), gambar,
program televisi, atau kombinasi dari obyek-obyek fisik, dsb. Peristiwa ini
mencakup semua ranah atau domain hasil belajar (learning outcomes). Secara
singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa
yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian rupa, sehingga akan mempermudah
ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan oleh si belajar dapat dipermudah/
difasilitasi.
Maka
pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat memfasilitasi pemerolehan
pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui penyajian informasi dan
aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka mencapai
tujuan khusus belajar yang diharapkan. Selain itu diketahui bahwa belajar akan
lebih berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan
individual ini perlu mendapat perhatian yang lebih banyak.
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran
Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, antara lain:
a. Faktor raw input (yakni faktor murid itu
sendiri), dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:
· kondisi fisiologis
· kondisi psikologis
b. Faktor
environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun
lingkungan sosial.
c. Faktor instrumental input, yang didalamnya
antara lain terdiri dari:
· Kurikulum
· program/bahan pengajaran
· sarana dan fasilitas
· guru (tenaga pengajar)
Faktor pertama disebut sebagai “faktor dari dalam“, sedangkan faktor
kedua dan ketiga sebagai “faktor dari luar“.
Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Faktor dari luar (Eksternal)
1)
Faktor Environmental Input (Lingkungan)
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses
dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan
lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya
adalah seperti keadaaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada
keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam
keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia
maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang
yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi
tinggi, akan terganggu jika ada orang lain keluar-masuk, bercakap-cakap
didekatnya dengan suara keras,dsb.
Lingkungan sosial yang lain, seperti suara
mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, ramainya pasar, dsb juga berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah, disarankan agar lingkungan
sekolah berada di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu-lintas dan
pasar.
2)
Faktor-faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan belajar yang telah dicanangkan.
Faktor-faktor instrumental dapat berwujud
faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat
praktikum, perpustakaan, dsb dan juga faktor-faktor lunak (software), seperti
kurikulum, bahan/ program yang harus dipelajari, pedoman belajar, dsb.
b.
Faktor dari dalam (Internal)
Diantara faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar adalah faktor individu siswa, baik kondisi fisiologis maupun
psikologis anak.
·
Kondisi Fisiologis Anak
Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, dsb akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping
kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi pancaindera, terutama indera
penglihatan dan pendengaran.
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran
inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai
penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat
dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru yang baik, tentu akan
memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera, khususnya penglihatan dan
pendengaran anak didiknya.
·
Kondisi Psikologis Anak
Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor
psikologis, yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar :
a)
Minat
Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan
hasil belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia
tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal
tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang mempelajari sesuatu dengan
minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Maka, tugas guru adalah
untuk dapat menarik minat belajar siswa, dengan menggunakan berbagai cara dan
usaha mereka.
b)
Kecerdasan
Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa
kecerdasan memegang peran besar dalam menentukan berhasil-tidaknya seseorang
mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih
cerdas, pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang
cerdas. Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat
tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan dengan angka
yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan
Intelligence Quetient (IQ).
c)
Bakat
Disamping Intelegensi, bakat merupakan faktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara
definitif, anak berbakat adalah anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi,
karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang tinggi. Anak tersebut adalah anak
yang membutuhkan program pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan diluar
jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan sumbangannya terhadap
masyarakat maupun terhadap dirinya.
d)
Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada didalam
individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan
oleh rangsangan dari luar. Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif,
yaitu :
§
Motif Intrinsik
§
Motif Ekstrinsik
Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan
dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang
lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan
dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong
seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik.
e)
Kemampuan-kemampuan Kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang
berarti juga tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari, bahwa sampai
sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan
belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih
bersifat pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak
disekolah. Oleh karena itu, kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor
penting dalam belajar siswa / peserta didik. Kemampuan kognitif yang paling
utama adalah kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan
berpikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar seperti diuraikan diatas, maka hal penting yang harus dilakukan bagi
para pendidik, guru, orangtua, dsb adalah mengatur faktor-faktor tersebut agar
dapat berjalan seoptimal mungkin.
3.
Unsur-unsur Efektivitas Pembelajaran
Untuk menciptakan suasana yang dapat
menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa dan lebih
memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar,
diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Adapun unsur-unsur efektivitas
pembelajaran tersebut meliputi:
a.
Bahan Belajar
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi
pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai,
sikap dan metode pemerolehan.
b.
Suasana Belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan
alat-alat belajar sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping
kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh
pada kegiatan belajar. Karena guru memiliki peranan penting dalam menciptakan
suasana belajar yang menarik bagi siswa. Hal ini berarti suasana belajar turut
menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa.
c.
Media dan Sumber Belajar
Dewasa ini media dan sumber belajar dapat
ditemukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat
wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni,
sanggar olah raga, televisi dapat ditemukan didekat sekolah. Disamping itu,
buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga telah tersedia
semakin baik dan berkembang maju. Media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru
dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar
diluar sekolah. Pemanfaatan tersebut, dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan
belajar-mengajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat.
d.
Guru Sebagai Subyek Pembelajar
Guru adalah subyek pembelajar siswa. Sebagai
subyek pembelajar, guru berhubungan/ berinteraksi secara langsung dengan siswa.
Sebagaimana mestinya setiap individu mempunyai karakteristik, motivasi belajar
siswa yang berbeda-beda. Atas hal tersebut, maka guru dapat menggolongkan
motivasi belajar siswa dengan melakukan penguatan-penguatan pada motivasi
instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi, dan motivasi intrinsik
siswa.
4.
Cara belajar mengajar yang efektif
a.
Cara Belajar Yang Efektif
1)
Perlunya Bimbingan
Untuk mempertinggi produksi, maka
Miunsterberg dan Taylor mengadakan penyelidikan ilmiah tentang cara-cara
bekerja efisien. Efisien dalam industri telah banyak menjadi kenyataan,
sehingga pemborosan bahan dan waktu diperkecil sampai minimal.
Seperti diketahui, belajar itu sangat
kompleks dan belum diketahui segala seluk-beluknya. Hasil belajar dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara
individual. Walaupun demikian, kita dapat membantu siswa dengan memberikan
petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini tidak
berarti, bahwa mengenal petunjuk tersebut dengan sendirinya akan menjamin
sukses siswa. Kesuksesan hanya tercapai berkat usaha keras, tanpa diiringi
dengan usaha tidak akan tercapai suatu apapun.
Disamping memberikan petunjuk tentang
cara-cara belajar, baiknya siswa juga diawasi dan dibimbing sewaktu mereka
belajar. Dengan begitu, maka hasilnya akan jauh lebih baik lagi sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
2)
Kondisi dan Strategi Belajar
Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif,
perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
a)
Kondisi Internal
Yang dimaksud dengan kondisi internal, yaitu
kondisi/situasi yang ada didalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan,
keamanan, ketenteramannya, dsb. Siswa dapat belajar dengan baik, jika kebutuhan
internalnya dapat terpenuhi. Menurut Maslow, ada tujuh jenjang kebutuhan primer
manusia yang harus dipenuhi, antara lain :
1.
Kebutuhan Fisiologis
Merupakan kebutuhan jasmani manusia, misalnya
kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat, dan kesehatan. Untuk dapat
belajar secara efektif dan efisien, siswa harus sehat, dan jangan sampai sakit
sehingga dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi
dan konsentrasi belajar seseorang.
2.
Kebutuhan akan Keamanan
Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan
jiwa yang jauh dari rasa kecewa, takut, kegagalan, dsb. Oleh karena itu, agar
cara belajar siswa dapat ditingkatkan kearah yang efektif, maka siswa harus
dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan
konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi pelajaran yang ingin
dipelajari.
3.
Kebutuhan akan Kebersamaan dan Cinta
Manusia dalam hidup membutuhkan kasih-sayang
dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain. Disamping itu, ia akan
merasa bahagia jika dapat membantu dan memberikan cinta-kasih kepada orang
lain. Oleh karena itu, belajar bersama dengan kawan-kawan lain dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir siswa. Untuk itu, diperlukan
cara berpikir yang terbuka (open-minded), kerja sama, memilih materi yang
tepat, dan ditunjang dengan visualisasi (contoh nyata atau gambar-gambar, dsb).
4.
Kebutuhan akan Status
Setiap orang akan berusaha semaksimal
mungkin, agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, diperlukan
sifat optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
5.
Kebutuhan Self-Actualisation
Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang. Oleh karena itu, siswa harus yakin
bahwa dengan belajar yang baik, akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang
diinginkan.
6.
Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
Yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin
tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi, dan untuk mengerti sesuatu. Hanya
dengan belajarlah upaya pemenuhan kebutuhan ini dapat terwujud.
7.
Kebutuhan Estetik
Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai
kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan.
Hal ini hanya mungkin terpenuhi, jika siswa belajar tanpa henti dan tidak hanya
selama di pendidikan formal saja, melainkan juga setelah selesai, setelah
bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.
b)
Kondisi Eksternal
Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah
kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia. Misalnya kebersihan rumah,
penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang
efektif, diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, seperti :
·
Ruang belajar harus bersih, tidak terdapat bau yang dapat mengganggu
konsentrasi pikiran.
·
Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu pandangan mata.
·
Sarana yang diperlukan tercukupi untuk belajar, misalnya alat pelajaran,
buku-buku, dsb.
c)
Strategi Belajar
Belajar yang efisien dapat tercapai apabila
dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan
untuk dapat mencapai hasil semaksimal mungkin. Adapun cara belajar yang baik
dengan petunjuk sebagai berikut :
·
Keadaan Jasmani
Belajar merupakan tenaga yang harus dijaga,
karena itu untuk mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat
agar tidak mudah sakit, dsb.
·
Keadaan Emosional dan Sosial
Siswa yang merasa jiwanya tertekan, selalu
dalam keadaan takut akan kegagalan, mengalami kegoncangan karena emosi yang
tidak kuat, tidak mungkin dapat belajar secara efektif. Maka, keadaan tersebut
harus dijaga dengan baik.
·
Keadaan Lingkungan
Tempat belajar hendaknya tenang, tanpa
gangguan dari luar. Begitu juga sebelum pelajaran dimulai, hendaknya apa-apa
yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu.
·
Memulai Belajar
Dalam hal ini, sering menunda dan enggan
untuk memulai belajar. Maka, kita harus mengatasinya dengan suatu “perintah“
pada diri sendiri untuk memulai pekerjaan tersebut tepat pada waktunya.
·
Membagi Pekerjaan
Dengan semboyan “Devide et Impera“ kita dapat
menyelesaikan pekerjaan yang banyak sekaligus. Dengan pintar-pintar memilih
mana yang lebih penting dan harus dikerjakan terlebih dahulu, daripada hal-hal
yang dianggap kurang menguntungkan.
·
Adakan Kontrol
Selidiki kembali pada akhir belajar, sampai
sejauh manakah bahan tersebut dapat dikuasai. Jika hasilnya kurang memuaskan
kiranya memerlukan latihan khusus, sebaliknya jika hasilnya sudah bagus perlu
ditingkatkan dan dipertahankan lagi.
·
Pupuk sikap optimistis
Adakan persaingan dengan diri sendiri,
niscaya prestasi akan meningkat dan karena itu memupuk sikap optimistis sangat
penting.
·
Waktu bekerja
Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk
memerintah diri kita sendiri. Karena, jika kita menyimpang dari waktu yang
telah direncanakan maka akan mengalami kegagalan.
· Buatlah
suatu rencana kerja
Dengan adanya suatu rencana kerja dengan
pembagian waktu, tampaklah bahwa selalu cukup waktu untuk belajar. Hanya dengan
rencana kerja yang teliti kita dapat menggunakan waktu dengan efisien.
·
Menggunakan waktu
Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama
sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga
dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khusus.
·
Belajar keras tidak merusak
Belajar dengan penuh konsentrasi itu tidak
merusak. Yang merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar, karena dapat
mengurangi waktu istirahat.
·
Cara mempelajari buku
Sebelum kita mulai membaca buku, terlebih
dahulu kita coba memperoleh gambaran tentang buku melalui garis besarnya dengan
menyelidiki daftar isi buku tersebut.
·
Mempertinggi kecepatan membaca
Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi
yang sebanyak-banyaknya dari bacaan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seorang
pelajar harus mencapai kecepatan membaca sekurang-kurangnya 200 perkataan dalam
satu menit. Ini hanya mungkin jika kita membaca dengan “lompatan mata“ tanpa
mengucapkannya dengan menggerakkan bibir atau dalam hati, karena pengucapan itu
dapat memperlambat kecepatan.
·
Jangan membaca belaka
Membaca bukan sekedar mengetahui kata-katanya,
melainkan juga mengikuti jalan pikiran si pengarang, reading may be regarded as
reasoning. Setelah kita membaca satu bagian, kita harus mengatakannya kembali
dengan kata-kata sendiri sambil merenungkan isinya secara kritis dan
membandingkannya dengan apa yang telah kita ketahui. Jadi, kita harus
mengadakan reaksi terhadap apa yang kita baca, dengan mengajak orang lain untuk
berdiskusi.
3)
Metode Belajar
Metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang
dipakai tersebut akan menjadi kebiasaan yang dapat mempengaruhi belajar itu
sendiri.
a.
Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah
kegiatan yang akan dilakukan seseorang setiap harinya, agar dapat berjalan
dengan baik dan berhasil. Maka, cara membuat jadwal yang baik
adalah sebagai berikut :
·
Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan keperluan seperti
tidur, makan-minum, mandi, olah raga, belajar, dsb.
·
Menyelidiki dan menentukan waktu yang tersedia setiap hari.
·
Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis
mata pelajarannya dan urut-urutan yang harus dipelajari.
·
Menyelidiki waktu mana yang dapat digunakan untuk belajar dengan hasil
terbaik. Setelah diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran
yang dianggap sulit, sedangkan pelajaran yang dianggap ringan dapat dipelajari
pada jam belajar yang lain.
·
Berhematlah dengan waktu, dan jangan ragu untuk belajar dan memulai
suatu pekerjaan.
b.
Membaca dan Membuat Catatan
Agar dapat belajar dengan baik, salah satu
metode membaca yang baik dan banyak dipakai untuk belajar adalah metode SQR4,
yaitu Survey (meninjau), Question (mengajukan pertanyaan), Read (membaca),
Recite (mengahafal), Write (menulis), dan Review (mengingat kembali).
Membuat catatan juga sangat berpengaruh dalam
membaca. Catatan yang baik, rapi, lengkap, teratur, akan menambah semangat
dalam belajar, karena tidak terjadi rasa bosan untuk membaca dalam jangka waktu
yang lama. Dalam membuat catatan sebaiknya diambil intisarinya saja dengan
tulisan yang jelas dan teratur, agar mudah dibaca dan dipelajari. Bahkan perlu
ditulis juga tanggal dan hari mencatatnya, pelajaran apa, siapa gurunya,
bab/pokok yang dibahas dan buku pegangan wajib/pelengkap. Karena, buku pegangan
wajib/pelengkap ini perlu untuk memperkaya dalam mempelajari suatu mata
pelajaran/bidang studi.
c. Mengulangi Bahan Pelajaran
Dengan adanya pengulangan (review),bahan yang
belum dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang.
Mengulang dapat dilakukan secara langsung setelah membaca, atau mempelajari
kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan
cara membuat ringkasan, maupun mempelajari soal-soal yang sudah pernah
dibuatnya. Agar dapat mengulang dengan baik, maka perlulah kiranya disediakan
waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya
melalui menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara
sungguh-sungguh.
Menghafal dapat dengan cara diam, tetapi
otaknya berusaha mengingat dan juga dapat dengan membaca keras/ mendengarkan
dan juga dengan menulisnya.
d.
Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap
suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.
Dalam belajar, konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata
pelajaran dengan mengesampingkan semua hal yang tidak ada kaitannya dengan
pelajaran.
Seseorang yang dapat belajar dengan baik
adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain ia harus
memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran.
Agar dapat berkonsentrasi dengan baik, perlu
adanya usaha sebagai berikut : siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi,
ada tempat belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah
timbulnya kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan kelelahan,
menyelesaikan masalah yang mengganggu dan bertekad untuk mencapai tujuan/ hasil
yang terbaik setiap kali belajar.
e.
Mengerjakan Tugas
Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan
latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat berupa mengerjakan tes/ulangan
atau ujian yang diberikan guru, tetapi
juga termasuk membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku maupun
soal-soal buatan sendiri.
Agar siswa berhasil dalam belajarnya,
perlunya diberikan tugas untuk dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Tugas
tersebut, mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal
dalam buku pegangan, tes/ ulangan harian, ulangan umum dan ujian.
b.
Mengajar Yang Efektif
Mengajar adalah membimbing siswa, agar
mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang
efektif bagi dirinya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus membantu
dengan cara mengajar yang efektif. Mengajar yang efektif adalah mengajar yang
dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Maka, untuk mengajar yang
efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1)
Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa
harus mengalami aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.
2)
Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan variasi
metode, mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa,
mudah diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
3)
Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak
selanjutnya melalui Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat mengenai
sasaran akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
4)
Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus mampu
mengembangkan segala segi kepribadian anak, disamping kebutuhan anak sebagai
anggota masyarakat.
5)
Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup
hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai
perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intellegensi, bakat, tingkah laku,
sikap, dll.
6) Guru akan mengajar dengan efektif, bila
selalu membuat perencanaan dahulu sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar,
guru akan merasa mantap dan lebih percaya diri berdiri didepan kelas untuk
melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.
7)
Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti
yang kuat, akan merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.
8)
Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya,
berkenaan dengan permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar Mengajar
berlangsung.
9)
Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah.
Lingkungan yang saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak,
bertenggang-rasa, dll.
10)
Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan
persoalan yang dapat merangsang anak untuk berpikir dan memunculkan reaksinya.
11)
Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan, sehingga anak
memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada sistem
pengajaran lama, yang memberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.
12)
Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di
masyarakat.
13)
Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan
pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan
masalah sendiri, dsb.
14)
Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar, dsb.
5.
Komponen Pembelajaran
Sebagai suatu sistem, tentu saja Kegiatan
Belajar Mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen yang meliputi :
a.
Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin
dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang
diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak
memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa.
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, tujuan
adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah
suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat
sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan
sosialnya maupun diluar sekolah.
Tujuan adalah suatu komponen yang dapat
mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, Kegiatan
Belajar Mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari semua
komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.
Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang
penampilan perilaku (performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka
mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Tujuan adalah komponen
terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subyek belajar.
Tujuan dalam proses belajar mengajar
merupakan komponen pertama yang harus diterapkan dalam proses pengajaran
berfungsi sebagai indicator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya
merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki
siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses
pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang
diharapkan.
b.
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan
disampaikan dalam Proses Belajar Mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka Proses
Belajar Mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan
pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran
pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang
studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya).
Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/ penunjang adalah bahan pelajaran yang
dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian
bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi
anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah
sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran.
Oleh karena itu, kepada guru khususnya atau
pengembang kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang
topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia
tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik, akan bangkit bila
suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan.
c.
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti
kegiatan dalam pendidikan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar akan melibatkan
semua komponen pengajaran, dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, guru dan anak didik
terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam
interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai
motivator dan fasilitator.
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, guru
sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek
biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka demikian, dimaksudkan agar guru
mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, akan merapatkan hubungan guru dengan
anak didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan Mastery Learning yang
merupakan salah satu strategi belajar-mengajar pendekatan individual.
d.
Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,
metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan
dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena
itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.
Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi
dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
e.
Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni
sebagai perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat
sebagai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa
suruhan, perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa
globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.
f.
Sumber Belajar
Belajar-Mengajar telah diketahui maknanya.
Bukan berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan yang
didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai
tersebut, tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi diambil dari
berbagai sumber guna dipakai dalam Proses Belajar Mengajar.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali
terdapat dimana-mana, misalnya disekolah, halaman, pusat kota, pedesaan, dsb.
Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut, tergantung pada kreativitas
guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Dalam mengemukakan sumber belajar ini, para
ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat digunakan sebagai sumber belajar sesuai
dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk
mendapatkan gambaran apa saja yang termasuk kategori sumber belajar, berikut
dikemukakan pendapat dari:
1)
Ny. Dr. Roestiyah N.K., sumber-sumber belajar itu adalah :
·
Manusia dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
·
Buku atau Perpustakaan.
·
Media massa (majalah, surat kabar, radio, TV, dll).
·
Dalam lingkungan.
·
Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, type recorder,
papan tulis, kapur, spidol, dsb). f) Museum.
2)
Drs. Sudirman N, dkk mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai
berikut :
·
Manusia (people).
·
Bahan (materials).
·
Lingkungan (setting).
·
Alat dan Perlengkapan (tool and equipment).
·
Aktivitas (activities) meliputi: Pengajaran berprogram, Simulasi,
Karyawisata, Sistem pengajaran modul. Sedangkan aktivitas sebagai sumber
belajar, biasanya meliputi: Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa, materi (bahan pelajaran) yang harus
dipelajari, aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran.
g.
Evaluasi
Arti dari Evaluasi adalah penaksiran,
penilaian, perkiraan keadaan, dan penentuan nilai dari Sesuatu. Jadi, evaluasi
dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Berbeda dengan pendapat tersebut Ny.
Roestiyah N.K., mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data
seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna
mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.
Dari kedua pengertian evaluasi tersebut,
dapat pula diketahui tujuan penggunaan evaluasi, yang dilihat dari dua segi,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
3)
Tujuan Umum dari evaluasi adalah :
·
Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
·
Memungkinkan pendidik/ guru menilai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
·
Menilai metode mengajar yang digunakan.
4)
Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang
telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jadi
tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan
menilai sampai dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar yang
telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang
dilaksanakan oleh pendidik.
5)
Tujuan Khusus dari evaluasi adalah :
·
Merangsang kegiatan siswa.
·
Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
·
Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan
bakat siswa yang bersangkutan.
·
Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan
orang tua dan lembaga pendidikan.
·
Untuk memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar.
Dari tujuan-tujuan tersebut, maka pelaksanaan
evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat itu ditinjau dari
pelaksanaanya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan Proses Belajar
Mengajar dimasa mendatang.
Dari tujuan itu, juga dapat dipahami bahwa
pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk.
Evaluasi Proses, adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana
pelaksanaan Proses Belajar Mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan,
kendala apa saja yang ditemui, dan bagaimana kerja-sama setiap komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Sedangkan Evaluasi
Produk, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar
yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap
bahan/materi pelajaran yang telah diberikan guru ketika Proses Belajar Mengajar
berlangsung.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi
guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
·
Untuk memberikan umpan-balik (feed-back) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki Proses Belajar Mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi
murid.
·
Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar
dari setiap murid, antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan
kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta
penentuan lulus-tidaknya seorang murid.
·
Untuk menentukan murid didalam situasi belajar-mengajar yang tepat,
sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik lainnya yang dimiliki murid.
·
Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) murid
yang mengalami kesulitan belajar, agar nantinya dapat dipergunakan sebagai
dasar dalam pemecahan kesulitan belajar yang timbul tersebut.
6.
Pembelajaran Klasikal
Pembelajaran Klasikal merupakan kemampuan
guru yang utama. Hal itu disebabkan karena merupakan kegiatan mengajar yang
tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Karena,
jumlah siswa setiap kelas pada umumnya berkisar dari 10-45 siswa. Dengan jumlah
tersebut, seorang guru masih dapat membelajarkan siswa secara berhasil.
Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu Manajemen
Kelas dan Manajemen Pembelajaran.
Manajemen Kelas adalah penciptaan kondisi
yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam
Manajemen Kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi tempat
belajar dan siswa yang terlibat dalam belajar.
Sedangkan Manajemen Pembelajaran bertujuan
untuk mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran secara individual
dan kelompok kecil berlaku dalam pembelajaran secara klasikal. Tekanan utama
dalam pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Disamping penyusunan desain
instruksional yang dibuat, maka pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan
tindakan sebagai berikut :
a.
Penciptaan tertib belajar dikelas.
b.
Penciptaan suasana senang dalam belajar.
c.
Pemusatan perhatian pada bahan ajar.
d.
Mengikut-sertakan siswa belajar aktif.
e.
Pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa.
Dalam pembelajaran kelas, guru dapat mengajar
seorang diri atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru menjadi tim pembelajar,
maka azas tim pembelajar harus dipatuhi. Sebagai tim pembelajar perlu menyusun
desain pembelajaran kelas dengan baik dan benar.
Adapun bermacam-macam cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran klasikal ini, antara lain
kita dapat membentuk kelompok-kelompok kecil siswa yang anggotanya telah
menguasai keterampilan prasyarat yang sama walaupun antara kelompok satu dengan
yang lain berbeda dalam penguasaan keterampilan prasyaratnya, sehingga dapat
memperkirakan bentuk pancingan ingatan dan bimbingan belajar yang dibutuhkan
secara tepat untuk masing-masing kelompok. Cara lain yang sering dipakai ialah
mengatur pengajaran, sehingga belajar awal dapat dilakukan oleh siswa secara
perseorangan. Bahan-bahan pengajaran yang berprogram bisa dipergunakan untuk
tujuan ini, biasanya siswa mengerjakan pengajaran-mandiri (self-instruction)
dengan mempelajari buku-buku teks sebagai PR. Cara selanjutnya adalah guru
bertanya kepada anggota kelas (siswa) yang memerlukan bimbingan belajar. Untuk
melakukan prosedur ini, guru menggunakan pengetahuannya tentang siswa secara
perseorangan untuk memperkirakan siapa diantara mereka yang mungkin memerlukan
bantuan dan memerlukan petunjuk dalam mengungkap kembali hasil belajar yang
sebelumnya.
Adapun dalam pembelajaran klasikal terdapat
Kelebihan dan Kelemahannya yaitu:
a.
Kelebihannya:
·
Efisiensi tenaga maupun waktu.
·
Tata tertib pada pengawasan anak-anak lebih mudah.
·
Anak-anak saling belajar satu sama lainnya.
· Anak-anak membiasakan kerja-sama atau
bersosialisasi.
·
Ada persaingan yang sehat.
·
Membiasakan untuk memimpin dan dipimpin.
·
Mendidik jiwa yang demokratis.
·
Variasi bagi guru dan murid.
·
Ada waktu istirahat bagi guru.
·
Dapat digalang persatuan anak-anak yang kelak tetap ada.
·
Semua anak sekaligus mengisi waktunya.
·
Ada faktor-faktor tertentu yang harus dilakukan secara bersama-sama,
misalnya menyanyi, olah-raga, dsb.
b.
Kelemahannya :
·
Setiap anak mempunyai perbedaan dalam : bakat, kepekaan sosial,
kecakapan, agama/ keyakinan, ekonomi, perhatian, cita-cita, kecerdasan, dll
sehingga tidak mungkin mendapatkan perlakuan yang sama.
·
Sukar untuk membagi perhatian bagi setiap anak didik.
·
Anak akan belajar juga kepada hal-hal yang kurang bahkan tidak baik dari
teman-temannya.
·
Yang cerdas akan terhambat oleh anak-anak yang kurang cerdas.
·
Yang pandai dapat menjadikan ia sombong/ besar kepala, sebaliknya yang
bodoh merasa terbelakang/ minder.
·
Adanya penyakit yang mudah menular, sehingga yang sakit harus segera
mengejar pelajaran yang telah ditinggalkan dalam waktu yang lama.
·
Bakat-bakat yang dimiliki individu sukar untuk berkembang.
Sumber : http://robiatulmunajahpgsd.blogspot.com/2017/04/efektivitas-pembelajaran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar