STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013) Edisi II, 2018
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2018
i
Penyusun
Pereviu
Kisyani-Laksono kisyani@unesa.ac.id Pratiwi
Retnaningdyah
pratiwiretnaningdyah@unesa.ac.id Khamim khamim@kemdikbud.go.id
Ninik Purwaning ninikps711@gmail.com Sulastri sulastripsmp@gmail.com Norprigawati
Pangesti Wiedarti pangesti.gls@gmail.com
ii
KATA
PENGANTAR
Pasal 4 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 160
Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013
menyatakan bahwa: Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat
melaksanakan
Kurikulum Tahun
2006
paling lama sampai dengan tahun
pelajaran
2019/2020. Ketentuan ini memberi kesempatan kepada sekolah yang belum
siap melaksanakan K13 untuk
tetap melaksanakan Kurikulum 2006 sambil melakukan persiapan-persiapan sehingga selambat-lambatnya pada tahun
2019/2020 sekolah
tersebut telah
mengimplementasikan K13 setelah mencapai kesiapan yang optimal.
Untuk memfasilitasi sekolah (SMP) meningkatkan kompetensi kepala sekolah dan guru dan membantu sekolah
mengimplementasikan K13, Direktorat PSMP menyelenggarakan
pelatihan dan pendampingan pelaksanaan K13
bagi SMP. Pelatihan dan pendampingan
pelaksanaan K13 tersebut – dengan sejumlah program pendukung lainnya – diharapkan mampu menjadikan jumlah SMP pelaksana K13 rata-rata naik 25% setiap tahun. Pada
tahun 2016 ditargetkan
sekitar 9.000 SMP
telah
melaksanakan
K13,
sementara pada
tahun 2017 diharapkan 18.000 SMP (50%), pada
tahun 2018 kurang lebih 27.000 (75%),
dan pada tahun 2019 semua SMP (100%) di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan K13 yang dilaksanakan oleh
Direktorat PSMP pada tahun 2015,
masalah utama yang
dihadapi oleh para guru dalam
pelaksanaan K13 adalah dalam menyusun RPP, mendisain instrumen penilaian,
melaksanakan pembelajaran, melakukan
penilaian, dan
mengolah dan melaporkan hasil
penilaian. Memperhatikan
hal tersebut, pelatihan dan
pendampingan
pelaksanaan
K13
pada
tahun 2018 pada tingkat SMP
difokuskan pada
peningkatan kemampuan
guru
dalam merencanakan
pembelajaran dan penilaian,
menyajikan pembelajaran dan melaksanakan penilaian, serta mengolah dan
melaporkan hasil penilaian pencapian kompetensi peserta didik. Pada tahun 2018 dengan berlakunya Peraturan Presiden Nomor
87 Tahun
2017 perlu dilakukan
penyesuaian.
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menuntut guru untuk melakukan penguatan karakter siswa yang menginternalisasikan nilai-
nilai utama PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong-royang dan integritas dalam
setiap kegaiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu, untuk membangun generasi emas Indonesia, maka
perlu dipersiapkan peserta didik yang memiliki keterampilan
Abad 21 seperti khususnya keterampilan
berpikir kritis dan
memecahkan masalah (Critical
Thinking and Problem Solving Skills),
keterampilan untuk bekerjasama (Collaboration), kemampuan untuk
mencipta atau daya cipta (Creativity), dan kemampuan untuk
berkomunikasi (Commnication).
Penguatan Pendidikan Karakter
merupakan platform pendidikan nasional
yang memperkuat Kurikulum 2013. Modul Pelatihan
Kurikulum 2013 ini telah mengintegrasikan tiga strategi implementasi Penguatan Pendidikan Karakter yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, pendidikan karakter
berbasis budaya
sekolah,
dan
pendidikan karakter berbasis masyarakat sehingga
implementasi Kurikulum 2013
menjadi bagian
integral dalam
penguatan
pendidikan karakter,
kecakapan
literasi, dan HOTS.
iii
Untuk menjamin bahwa pelatihan pelaksanaan K13 di semua jenjang baik nasional,
provinsi, kabupaten/kota maupun sekolah sasaran mencapai hasil yang diharapkan, Direktorat PSMP menetapkan bahwa materi pelatihan
untuk semua jenjang tersebut
menggunakan materi standar yang
disusun oleh Direktorat PSMP bersama dengan Pusat
Kurikulum dan Perbukuan dan Pusat Penilaian Pendidikan. Materi-materi tersebut didasarkan pada dokumen-dokumen
dan ketentuan-ketentuan
terakhir mengenai
pelaksanaan
K13. Setiap unit materi terdiri atas
tujuan,
uraian materi,
tahapan
sesi pelatihan, teknik penilaian
kinerja
peserta pelatihan, dan
daftar sumber-sumber bahan
untuk pengayaan. Selain itu,
materi dilengkapi dengan sejumlah Lembar Kerja yang
memberi
panduan dan/atau inspirasi kegiatan pelatihan.
Penyusunan materi pelatihan ini terselesaikan atas peran serta berbagai pihak. Direktorat PSMP menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penyusun dan penelaah yang telah bekerja dengan sebaik-baiknya untuk menghasilkan materi pelatihan yang
layak. Semoga
materi yang disusun ini merupakan amal baik
yang
tiada
putus amalnya.
Materi pelatihan ini hendaknya dipandang sebagai bahan
minimal dari pelatihan
yang
dilaksanakan
pada setiap jenjang. Selain
itu, dengan
dinamisnya perkembangan kurikulum, materi yang disusun ini
perlu
selalu disesuaikan dengan perkembangan.
Akhirnya Direktorat PSMP mengharapkan materi ini digunakan sebaik-baiknya oleh pelaksana pelatihan implementasi
K13 pada
tahun 2018
pada tingkat SMP. Masukan-
masukan untuk penyempurnaan materi ini sangat
diharapkan dari
berbagai pihak,
terutama dari para instruktur
dan peserta pelatihan.
Jakarta,
Januari 2018
Direktur Pembinaan SMP
Dr.
Supriano, M.Ed.
NIP. 19620816 199103 1 001
iv
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ...........................................................................................................iii DAFTAR ISI..........................................................................................................................v BAB
I PENGANTAR ............................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B.
Tujuan Penyusunan ..........................................................................................................5
C. Masalah ............................................................................................................................5
D. Solusi ................................................................................................................................6
BAB II IMPLEMENTASI KEGIATAN LITERASI ...........................................................7
A. Persiapan ...........................................................................................................................7
1. Rapat Koordinasi .........................................................................................................7
2. Pembentukan
Tim Literasi
Sekolah .............................................................................8
3. Sosialisasi.....................................................................................................................8
4. Persiapan Sarana Prasarana..........................................................................................8
B.
Pelaksanaan .......................................................................................................................9
C. Pemantauan dan
Evaluasi ..................................................................................................12
D. Tindak Lanjut
....................................................................................................................12
BAB III STRATEGI LITERASI DALAM
PEMBELAJARAN ...........................................13
A. Tujuan ...............................................................................................................................13
B.
Peta
Konsep Strategi
Literasi ............................................................................................14
C. Indikator literasi dalam
Pembelajaran ..............................................................................15
D. Alat Bantu .........................................................................................................................18
E. Contoh Penerapan Strategi Literasi
dalam Pembelajaran .................................................20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................v
BAB I PENGANTAR1
A.
Latar Belakang
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga
terkait dengan kehidupan
siswa, baik di rumah maupun
di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi
pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai
'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, ―melek baca dan tulis"
ditekankan karena kedua
keterampilan
berbahasa ini
merupakan
dasar bagi pengembangan
melek
dalam berbagai
hal.

Pemahaman literasi pada akhirnya
tidak hanya
merambah pada
masalah baca tulis saja. Menurut Word Economic
Forum
(2016), peserta
didik memerlukan 16 keterampilan agar
mampu bertahan
di abad XXI,
yakni literasi dasar (bagaimana peserta
didik menerapkan keterampilan
berliterasi untuk kehidupan
sehari-hari), kompetensi (bagaimana peserta
didik menyikapi tantangan yang
kompleks), dan karakter (bagaimana peserta didik menyikapi perubahan lingkungan mereka).
Berikut
adalah
penggambaran
hal itu (Word
Economic Forum,
2016).
Selain itu, ada juga tiga literasi lainnya yang perlu dikuasai oleh peserta didik, yakni literasi
kesehatan, keselamatan (jalan,
mitigasi bencana), dan kriminal (bagi siswa
SD disebut ―sekolah aman‖) (Wiedarti, Mei
2016). Literasi gesture
pun perlu dipelajari untuk mendukung
keterpahaman makna teks dan konteks dalam masyarakat multikultural dan konteks khusus para
1 Cf. Satgas GLS Ditjen Dikdasmen, 2016a.
1
difabel. Semua
ini merambah pada pemahaman multiliterasi. Dalam lingkup karakter, penguatan
pendidikan karakter (PPK) di Indonesia mengacu pada lima nilai utama, yakni (1)
religius, (2) nasionalis,
(3) mandiri,(4) gotong royong, (5) integritas
(Depdikbud,
2016).
Menurut Cope dan
Kalantzis
(2000), pedagogi
multiliterasi
yang
dikembangkan oleh New
London Group merupakan pandangan yang melihat semakin berkembangnya dimensi literasi yang multibahasa dan multimodal.
Dengan demikian,
sekolah dan masyarakat perlu mengembangkan praktik dan keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan
memahami ide-ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk
teks konvensional maupun bentuk-bentuk teks inovatif,
simbol, dan multimedia (Abidin, 2015). Beragam teks yang digunakan dalam
satu konteks ini disebut teks multimodal (multimodal text).
Adapun
pembelajaran yang bersifat multiliterasi--menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran dengan memadukan keterampilan
abad ke-21 (keterampilan berpikir
tingkat tinggi)--diharapkan
dapat
menjadi
bekal kecakapan hidup sepanjang hayat.
Hal ini sesuai dengan apa yang
tersaji dalam peta jalan gerakan literasi nasional (GLN). Dalam buku
tersebut, makna dan cakupan literasi meliputi: :‖(a) literasi sebagai rangkaian kecakapan membaca,
menulis, berbicara, kecakapan
berhitung, dan kecakapan
dalam
mengakses dan menggunakan informasi; (b) literasi sebagai praktik sosial yang
penerapannya dipengaruhi oleh
konteks; (c) literasi sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca
dan
menulis sebagai medium untuk merenungkan, menyelidik,
menanyakan
, dan mengkritisi ilmu
dan gagasan yang
dipelajari, (d) literasi sebagai teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa.‖
Berdasarkan uraian tersebut, istilah literasi merupakan sesuatu yang
terus
berkembang atau terus
berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan konteksnya sebab manusia
berurusan dengan teks sejak
dilahirkan, masa kehidupan,
hingga kematian, Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan dan berbagai aspeknya karena
teks itu representasi dari kehidupan
individu dan masyarakat dalam
budaya masing-masing.
2
Komunitas sekolah
akan terus berproses
untuk menjadi individu ataupun
sekolah yang
literat.
Untuk itu, implementasi GLS
pun merupakan sebuah proses agar siswa menjadi literat, warga sekolah menjadi literat, yang akhirnya literat menjadi kultur atau budaya yang dimiliki individu
atau sekolah tersebut.
Saat ini kegiatan di sekolah ditengarai belum
optimal
mengembangkan kemampuan literasi warga
sekolah khususnya guru dan siswa. Hal ini disebabkan antara lain oleh minimnya pemahaman warga
sekolah terhadap pentingnya kemampuan literasi dalam kehidupan
mereka
serta minimnya
penggunaan buku-buku
di
sekolah
selain buku-teks
pelajaran. Kegiatan
membaca di sekolah masih terbatas
pada pembacaan buku teks pelajaran dan belum melibatkan
jenis bacaan lain.
Pada sisi lain, hasil beberapa tes yang telah dilakukan
adalah
sebagai berikut.
PIRLS atau Progress International Reading
Literacy Study (PIRLS) mengevaluasi
kemampuan membaca siswa
kelas IV. PISA
atau Programme for International Student Assessment mengevaluasi
kemampuan siswa
berusia 15 tahun dalam hal membaca, matematika,
dan
sains. INAP atau Indonesia National Assessment Programme (INAP) atau
Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia
(AKSI) mengevaluasi kemampuan siswa
dalam hal membaca, matematika, dan sains.
INAP/AKSI disejajarkan dengan PIRLS karena sama-sama untuk SD kelas IV. Hasil AKSI
menunjukkan bahwa kemampuan yang berkategori kurang adalah 77,13% untuk matematika;
46,83% untuk membaca, dan 73,61% untuk sains. Yang berkategori cukup adalah 20,58% untuk
matematika; 47,11% untuk membaca; 25,38% untuk sains. Yang berkategori baik adalah 2,29%
untuk matematika; 6,06% untuk membaca,
dan 1,01% untuk
sains.
3
Sejalan dengan hal tersebut, hasil tes PIAAC atau Programme for the International Assessment of Adult
Competencies tahun 2016 untuk tingkat kecakapan orang dewasa juga menunjukkan
hasil yang memprihatinkan. Indonesia berada di peringkat paling bawah pada hampir semua
jenis kompetensi yang diperlukan orang
dewasa untuk bekerja dan berkarya sebagai anggota masyarakat. Kondisi demikian ini
jelas memprihatinkan karena kemampuan dan keterampilan
membaca merupakan dasar bagi pemerolehan pengetahuan,
keterampilan, dan pembentukan sikap
siswa. Oleh sebab itu, dibentuklah
Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai
salah satu alternatif untuk menumbuhkembangkan
budi pekerti siswa melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar
mereka
menjadi pembelajar
sepanjang hayat (Wiedarti dan Kisyani-Laksono.
ed.,
2016).
Upaya sistematis
dan berkesinambungan
perlu
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan
literasi siswa. GLS untuk menumbuhkan minat baca
dan kecakapan literasi telah dicanangkan
sejak tahun 2016, namun saat ini belum
sepenuhnya menyentuh aspek pembelajaran di kelas
karena kondisi sekolah dan kelas berbeda-beda. Beberapa
panduan terkait GLS telah diterbitkan tahun 2016 oleh Dikdasmen
Kemendikbud, yakni (1) Desain Induk Gerakan Literasi
Sekolah, (2)
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (3) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, (4) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Luar Biasa, (5) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas; (6)
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
Sekolah Menengah
Kejuruan, (7) Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah, (8) Manual
Pendukung Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang
Sekolah
Menengah Pertama; (9)
Strategi
Literasi dalam Pembelajaran untuk Jenjang
Sekolah Menengah Pertama (tahun 2017). Beberapa
panduan GLS telah direvisi. Seperti halnya buku ini (edisi II), beberapa panduan GLS ediisi revisi juga diterbitkan pada tahun 2018.
Salah satu pelatihan tersebut adalah pelatihan dan/atau penyegaran instruktur Kurikulum 2013. Materi yang
disajikan terutama menekankan pada
peningkatan keterampilan mengelola pembelajaran dengan
strategi
literasi untuk meningkatkan
kecakapan literasi siswa dan
mengembangkan
keterampilan abad ke-21, termasuk keterampilan
berpikir
tingkat tinggi.
Keterampilan berpikir
tingkat
tinggi (keterampilan abad
ke-21) merupakan salah
satu kompetensi
capaian implementasi Kurikulum
2013.
4
Materi penyegaran Kurikulum 2013 ini merupakan edisi II (2018)
dengan beberapa
penambahan
dan
penyempurnaan. Seperti halnya edisi I yang terbit tahun 2017, materi ini dilengkapi dengan materi presentasi dan alat bantu berwujud pengatur grafis pada bagian akhir yang
memandu aktivitas
peserta untuk mendalami dan mengimplementasi strategi literasi dalam pembelajaran. Semua perangkat
ini
diharapkan dapat
memandu
instruktur
dan pemangku kepentingan
di
jenjang nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan sekolah dalam pelaksanaan, pengembangan, dan penguatan strategi literasi
dalam pembelajaran.
B.
Tujuan Penyusunan
Tujuan
penyusunan
materi penyegaran
ini adalah untuk:
1. Memberikan inspirasi kepada
peserta pelatihan
untuk memanfaatkan beragam sumber
belajar, termasuk
buku-teks-pelajaran
dan buku-nonteks-pelajaran dalam pembelajaran.
2. Memandu peserta pelatihan menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran guna mengembangkan karakter, meningkatkan keterampilan berliterasi, dan meningkatkan kompetensi.
C.
Masalah
Masalah 1
Pengembangan kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan berliterasi khususnya
mengembangkan minat baca
belum berjalan secara
optimal di sekolah karena beberapa guru memiliki pemahaman berbeda atau kurang
memadai tentang literasi. Guru seharusnya dapat
menjadi teladan yang baik bagi siswanya. Saat guru meminta siswa membaca, guru pun juga perlu membaca untuk memberi contoh yang
baik bagi siswanya.
Tradisi literasi (kemampuan
komunikasi yang artikulatif secara verbal dan tulisan serta kemampuan menyerap informasi melalui teks) juga belum tumbuh
secara koheren
dalam
diri beberapa guru.
Masalah 2
Upaya untuk menyosialisasikan dan meningkatkan keterampilan berliterasi di sekolah belum
membuahkan hasil yang
optimal karena
kurangnya
pendampingan dan
pelatihan untuk
meningkatkan kesadaran dan kemampuan literasi guru. Materi ajar dan teks yang tersedia di
5
sekolah belum dimanfaatkan secara
optimal untuk mengembangkan keterampilan berliterasi
siswa.
Selain
itu, strategi literasi dalam pembelajaran belum diterapkan secara optimal.
D.
Solusi
Guru perlu memahami bahwa
upaya pengembangan literasi tidak berhenti ketika siswa dapat membaca dengan lancar dan memiliki minat baca
yang baik sebagai hasil dari pembiasaan budaya literasi. Pengembangan literasi perlu
terjadi pada pembelajaran di semua
mata pelajaran melalui upaya untuk
mengembangkan karakter serta meningkatkan kompetensi berpikir
tingkat tinggi. Para guru perlu mengoptimalkan strategi literasi dalam pembelajarannya. Pengembangan
kemampuan literasi di sekolah akan membantu meningkatkan kemampuan belajar
siswa. Penggunaan teks dan/atau bahan ajar yang bervariasi, disertai dengan perencanaan yang baik dalam
kegiatan pembelajaran
diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan
berliterasi
siswa.
BAB II IMPLEMENTASI
KEGIATAN
LITERASI2
2cf. Satgas GLS Ditjen Dikdasmen. 2016b.
6
Implementasi penumbuhan budaya literasi di sekolah memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut: persiapan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi,
sertatindak
lanjut. Persiapan merupakan kegiatan menyiapkan
bahan, personal, dan strategi pelaksanaan.
Pelaksanaan merupakan operasionalisasi
hal-hal yang telah dipersiapkan.
Pemantauan dan evaluasi
merupakan kegiatan untuk mengetahui efektivitas
kegiatan literasi yang telah
dilaksanakan.Tindak lanjut merujuk pada hal-hal yang perlu dilakukan selanjutnya (penyusunan program lanjutan).
Penumbuhan literasi di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan rutin dan kegiatan insidental. Kegiatan
tersebut
dilakukan
dalam tiga tahapan
literasi yaitu
tahap pembiasaan, pengembangan
dan
pembelajaran. Agar dapat melaksanakan tiga tahapan literasi tersebut diperlukan kegiatan persiapan,
sebagai berikut.
A. Persiapan
1. Rapat Koordinasi
Kegiatan ini dilaksanakan untuk membicarakan maksud dan tujuan dilaksanakannya literasi di sekolah. Rapat koordinasi digelar oleh
kepala sekolah dan diikutioleh:
a. Kepala Sekolah
b. Para Wakil Kepala
Sekolah
c. Perwakilan Guru
dan
Karyawan
Tujuan rapat koordinasi ini
antara lain:
a. Pemahaman tentang literasi
b. Pembentukan tim literasi sekolah (TLS)
c. Penyusunangaris besar program kerja
literasi
sekolah (dilanjutkan oleh TLS)
d. Persiapan
materi sosialisasi
lietrasi
2. Pembentukan
Tim Literasi di Sekolah (TLS)
7
Kepala sekolah
membentuk TLSmelalui Surat Keputusan Kepala Sekolahyang menyertakan
tugas pokok dan fungsi anggota
tim.
Susunan anggota TLS disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah masing-masing. Pembentukan
TLS dapat dibaca dalam
buku ―Manual Pendukung Gerakan Literasi Sekolah untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama.‖ (Kisyani-Laksono
dkk. 2016).
3. Sosialisasi
a. Sosialisasi
pada Guru dan Karyawan.
Sosialisasi ini dimaksudkan
untuk menyamakan persepsi dan komitmen guru dan karyawan tentang pelaksanaan
kegiatan literasi di
sekolah.
b. Sosialisasi
pada Siswa
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
literasi, tujuan pelaksanaan literasi,
dan
mekamisme pelaksanaan literasi.
c. Sosialisasi
pada Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa
Sosialisasi pada komite sekolah dan orang tua siswa
bertujuan untuk memberitahukan
adanya kegiatan literasi di sekolah dan berharap agar komite dan orang
tua siswamendukung kegiatan tersebut. Dalam kegiatan
sosialisasi
ini
diperlukan
narasumber yang memahami dan mampu menjelaskan tentang literasi
di sekolah.
4. Persiapan
Sarana
Prasarana
Untuk menumbuhkembangkan budaya
literasi di sekolah diperlukan ekositem sekolah yang literat dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang
perlu dimiliki oleh sekolah
antara lain:
a. Perpustakaan sekolah (cf. Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
dan Parasarana untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA).
b. Pojok baca di kelas
dan lingkungan sekolah
c. Jumlah buku sesuai dengan Permendiknas no 24 tahun 2007: (1) Buku teks pelajaran: 1
eksemplar/mata pelajaran/peserta didik,
ditambah 2 eksemplar/mata pelajaran/sekolah;
(2) Buku panduan pendidik: 1 eksemplar/mata pelajaran/guru mata pelajaran
8
bersangkutan, ditambah 1 eksemplar/mata pelajaran/sekolah; (3) Buku pengayaan: 870
judul/sekolah, terdiri atas 70%
nonfiksi dan
30% fiksi.
Banyak eksemplar/sekolah
minimum: 1000 untuk 3--6 rombongan belajar, 1500 untuk 7--12 rombongan belajar,
2000 untuk 13--18 rombongan belajar, 2500 untuk 19--24 rombongan belajar; (4) Buku
referensi: 20 judul/SMP;
(5) Sumber belajar lain: 20 judul/SMP (Bandingkan dengan
Permendikbud
No 23 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal:Satu set buku
teks untuk setiap perserta didik dan 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi untuk SMP!).
d. Web sekolah
e. Akses
internet di lingkungan sekolah
f. Spanduk,
poster,leaflet, dan/atau brosur
penumbuhan
budaya literasi
B. Pelaksanaan
Pada dasarnya, pelaksanaan
GLS dapat
dilihat pada tiga hal
berikut ini.
1. mengacu pada perencanaan
2.
mengacu pada keterampilan abad XXI dengan lima nilai utama penguatan pendidikan karakter
(PPK):(1) religius, (2)
nasionalis, (3) mandiri,(4) gotong
royong, (5) integritas.
3. menggunakan daftar cek instrumen pengembangan budaya literasi di
sekolah
(pelaksanaan tiga
tahapan literasi) yang terdapat dalam
lampiran 1 dan
daftar
cek indikator
pelaksanaan strategi literasi dalam
pembelajaran.
Pembahasan mengenai strategi
literasi
dalam pembelajaran terdapat dalam
Bab
III.
Tiga kegiatan
pelaksanaan GLS
di sekolah merupakan dasar
untuk membangun
dan mengembangkan budaya literasi sekolah, dimulai dari Kegiatan Pembiasan, Kegiatan
Pengembangan, dan Kegiatan
Pembelajaran. Berikut adalah skema tiga kegiatan tersebut.
9

Secara lebih rinci, ihwal ketiga kegiatan pelaksanaan GLS dapat dipelajari dalam ―Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah‖ dan ―Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMP‖. Adapun indikator tiga kegiatan pelaksanaan literasi sekolah ada di lampiran 1 yang merupakan gabungan dari
instrumen kegiatan pembiasaan (13
butir pertanyaan), pengembangan (17 butir pertanyaan), dan pembelajaran (23 butir pertanyaan) yang terdapat dalam ―Panduan Gerakan Literasi Sekolah di
SMP‖, 2016). Instrumen
terdiri atas 27 butir pertanyaan.
Satu butir
pertanyaan dimungkinkan
berada dalam tiga atau dua kegiatan sekaligus (contoh:
15 menit membaca ada dalam semua jenis kegiatan GLS).
Berikut adalah
petunjuk butir dan
nomor
dari setiap
tahapan
(tabel instrumen budaya literasi sekolah
dengan
27 butir nomor terdapat
dalam
lampiran).
Kegiatan
Pembiasaan
(13): no 1,2,3,4,5,6,8,9,11,12,18,19,26 (No.
2 dan No. 12 merupakan
indikator yang hanya ada dalam kegiatan
pembiasaan)
Kegiatan
Pengembangan (17):
no 1,3,4,5,6,7,8,9,11,13,15,16,18,19,20,21,26 (No.
7, 13, 15, 16,
20, 21 hanya ada dalam
kegiatan pengembangan)
10
Kegiatan
Pembelajaran (23):
no 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,14,15,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27 (No. 10, 14, 17, 22, 23, 24, 25, 27 hanya ada dalam kegiatan
pembelajaran)
Adapun pembangunan budaya literasi di sekolah hendaknya berfokus pada tigal hal sebagai
berikut (Beers dkk., 2009).

Penjelasan lebih
lengkap mengenai hal ini dapat dicermati dalam buku ―Desain Induk Gerakan
Literasi
Sekolah‖ (2016, 2018).
11
C. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi dilakukan melalui beberapa teknik, antara
lain
dokumentasi, angket/kuesioner, observasi, dan/atau wawancara. Berikut adalah
penggambaran
hal itu.

D. Tindak Lanjut
Hasil pemantauan dan evaluasi dapat dicermati
sebagai bahan refleksi. Tindak
lanjut diwujudkan dengan penyusunan
perencanaan lanjutan dalam hal kegiatan berliterasi. Jika
dalam pengisian instrumen masih
ada
hal-hal
yang ―belum‖ atau
kurang,
penyusunan
rencana lanjut berpumpun (berfokus) pada upaya supaya yang ―belum‖ menjadi ―sudah‖ atau yang
kurang menjadi baik.
Jika
hasil refleksi menunjukkan bahwa semua sudah
dilakukan dan semua sudah baik, perlu dilakukan rencana lanjutan untuk mengimbaskan hal
tersebut kepada sekolah-sekolah yang ada di
sekitar.
12
A. Tujuan
Bab III STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
Tujuan utama
penggunaan strategi literasi dalam pembelajaran adalah untuk membangun pemahaman siswa,
keterampilan menulis, dan keterampilan komunikasi secara menyeluruh. Tiga
hal
ini akan bermuara pada pengembangan karakter dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Selama ini
berkembang pendapat bahwa literasi hanya ada dalam pembelajaran bahasa atau di
kelas bahasa. Pendapat ini tentu saja tidak tepat karena literasi berkembang rimbun dalam bidang matematika,
sains, ilmu sosial,
teknik, seni, olahraga, kesehatan, ekonomi, agama, prakarya dll. (cf.
Robb, L, 2003).
Konten dalam pembelajaran adalah apa yang diajarkan, adapun literasi adalah
bagaimana mengajarkan konten tersebut. Oleh sebab itu, bidang-bidang yang
telah disebutkan dan lintas bidang memerlukan
strategi literasi dalam pembelajarannya. Salah satu
tujuan
penting dari strategi literasi dalam pembelajaran konten adalah untuk membentuk siswa yang
mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah
(Ming, 2012: 213). Dengan demikian strategi literasi dalam
pembelajaran akan membentuk karakteristik siswa dan mengembangkan keterampilan abad ke-
21 (keterampilan berpikir tingkat
tinggi).
Pembelajaran yang
menerapkan strategi literasi penting
untuk menumbuhkan pembaca yang
baik dan kritis dalam bidang apapun.
Berdasarkan
beberapa sumber,
dapat
disarikan tujuh
karakteristik pembelajaran yang menerapkan strategi literasi yang dapat mengembangkan kemampuan metakognitif (cf. Beers
2010: 20-21; Pahl&Rowsell 2005: 82), antara lain:
1. Pemantauan pemahaman teks (siswa merekam pemahamannya sebelum, ketika, dan setelah
membaca).
2. Penggunaan berbagai
moda selama
pembelajaran (literasi
multimoda)
3. Instruksi
yang jelas dan
eksplisit.
4. Pemanfaatan alat bantu
seperti pengatur grafis
dan daftar cek.
5.
Respon terhadap berbagai
jenis
pertanyaan.
6.
Membuat pertanyaan.
7.
Analisis, sintesis, dan evaluasi teks.
8. Meringkas isi
teks.
13
Menyimak karakteristik
pembelajaran
yang menerapkan
strategi literasi, dapat disimpulkan
bahwa strategi literasi dapat diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, berbasis teks, berbasis
proyek, berbasis
masalah, inquiry,
discovery, dan saintifik
sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut(Beers 2010; Greenleaf dkk, 2011; Robb, 2003; Toolin, 2004).
B. Peta Konsep Strategi
Literasi
dalam Pembelajaran
Dalam
bentuk peta konsep,
strategi literasi
dalam pembelajaran dapat
digambarkan sebagai
berikut.
14
C.
Indikator Literasi dalam Pembelajaran
Pada dasarnya, silabus berbagai mata pelajaran di SMP sudah
menunjukkan adanya
strategi
literasi dalam pembelajaran. Penuangan silabus ke dalam kegiatan pembelajaran dapat diceksilangkan
dengan indikator literasi
dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa
istilah ―teks‖ dalam literasi dapat berwujud teks tulis, lisan (audio), visual,
auditori,
audiovisual, spasial,
nonverbal (kinestesik dsb). Wujud
teks bisa digital atau nondigital. Sejalan dengan itu, istilah "membaca" yang
digunakan dalam kegiatan
literasi
juga merujuk pada membaca dalam
arti luas.
Biarpun demikian, pembelajaran di sekolah tidak pernah lepas dari teks tulis karena tersedia buku siswa. Oleh sebab itu, pada
tahap awal, strategi literasi dalam pembelajaran dapat berfokus
pada teks tulis tersebut.
Berikut adalah daftar cek untuk indikator literasi untuk
menguatkan langkah-langkah pembelajaran, menumbuhkembangkan
karakter, dan
mengasah kompetensi. Pernumbuhkembangan karakter tertentu dan pengasahan kompetensi yang
berkelindan dengan
strategi literasi dalam pembelajaran disesuaikan dengan materi yang
disajikan. Strategi literasi
dalam pembelajaran bukan materi, tetapi merupakan strategi yang
berwujud langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini nomor yang tersaji tidak merujuk pada urutan (dalam
pembelajaran hal tersebut tidak harus urut). Semakin
banyak tanda cek pada kolom ―sudah‖
berarti strategi literasi dalam
pembelajaran semakin sarat.
15
INDIKATOR
STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran/SMP : Kelas/Semester : Materi Pokok : Nama Guru/email : Alokasi Waktu :
Dalam setiap indikator, karakter (religius, nasionalis, mandiri , gotong royong, integritas)
berkelindan dengan kompetensi (berpikir
kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif) sesuai
dengan materi yang disajikan.
|
NO |
INDIKATOR |
ADA |
BELUM ADA |
CATATAN |
|
A |
Strategi
Literasi dalam Pembelajaran |
|||
|
|
1. Sebelum membaca |
|||
|
|
a. mengidentifikasi tujuan membaca |
|
|
|
|
|
b. membuat prediksi |
|
|
|
|
|
2. Ketika membaca |
|||
|
|
mengidentifikasi informasi yang relevan |
|
|
|
|
|
mengidentifikasi kosakata baru,
kata kunci, dan/atau kata
sulit dalam teks |
|
|
|
|
|
Mengidentifikasi
bagian teks yang sulit
(jika ada) dan/atau membaca kembali bagian itu |
|
|
|
|
|
memvisualisasi dan/atau think aloud
(strategi membunyikan secara lisan apa yang
ada di dalam pikiran
pada saat berusaha memahami bacaan,
memecahkan masalah, atau mencoba
menjawab pertanyaan) |
|
|
|
|
|
membuat inferensi (simpulan sementara berdasarkan informasi yang tersirat dalam
teks) |
|
|
|
|
|
membuat pertanyaan
tentang isi teks dan
hal- hal yang terkait dengan topik
tersebut (dapat menggunakan sumber
di luar teks atau buku pengayaan) |
|
|
|
|
|
membuat keterkaitan antarteks |
|
|
|
|
|
3. Setelah membaca |
|||
|
|
membuat ―ringkasan‖ (meringkas isi, mengidentifikasi gagasan utama,
menceritakan kembali, membuat sintesis, membuat
pertanyaan tentang isi,
dsb.) |
|
|
|
16
|
|
mengevaluasi
teks |
|
|
|
|
|
mengubah dari
satu moda ke moda yang lain (moda: bagaimana atau dengan
cara
apa pesan
disampaikan) |
|
|
|
|
|
memilih, mengombinasikan,
dan/atau menghasilkan
teks multimoda untuk mengomunikasikan konsep tertentu |
|
|
|
|
|
mengonfirmasi, merevisi, atau
menolak prediksi |
|
|
|
|
B |
Penggunaan alat
bantu |
|||
|
|
Pengatur grafis atau graphic organizer (berbagai bentuk tabel atau grafik untuk
membantu
pemahaman dengan
cara
mengorganisasikan ide/pikiran/gagasan) |
|
|
|
|
|
Daftar cek atau
check list dsb. |
|
|
|
(cf. Wilson and
Chavez, 2014; Robb, 2003)
130217 KP
Dalam pembahasan mengenai
indikator literasi tersebut, ada
beberapa istilah
teknis yang dikembangkan di antaranya:
(1) Think-aloud merupakan strategi untuk membunyikan secara lisan apa yang ada di dalam pikiransiswa
atau guru pada saat berusaha memahami bacaan, memecahkan masalah, atau mencoba
menjawab pertanyaan guru atau siswa lain. Strategi ini dapat membantu siswa memonitor pemahamannya,
berpikir
tingkat tinggi,
dan membentuk karakter.
(2) Inferensi merupakan simpulan sementara berdasarkan informasi yang tersirat dalam teks.
Inferensi dapat didukung
dengan ciri/bukti/fitur
khusus yang ada dalam teks.
Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
(3) Keterkaitan antarteks atau intertekstualitas merujuk pada keterkaitan teks
dengan teks yang
pernah dibaca sebelumnya, teks dengan pengalaman pribadi, atau teks dengan hal lain yang membantu
siswa membentuk karakter
dan berpikir tingkat tinggi.
(4) Istilah ―ringkasan‖ dalam arti luas diperoleh
dengan
kegiatan meringkas
isi, mengidentifikasi gagasan
utama, menceritakan kembali, membuat sintesis, membuat pertanyaan tentang isi, dan sebagainya. Kegiatan ini membantu siswa membentuk karakter
dan berpikir tingkat
tinggi.
(5) Evaluasi
teks
dapat
berwujud
antara
lain
(a) membuat
opini
terkait
teks;
(b)
membuat
penilaian langsung; (c) intertekstualitas: mengaitkan dengan teks lain; mengaitkan dengan
17
pengalaman pribadi,
pengetahuan sebelumnya,
isu
lokal
dan global;
(d) memilih/menentukan moda yang
paling sesuai untuk tujuan tertentu,
misalnya: untuk
menjelaskan siklus kehidupan,
dipilih moda gambar siklus (bukan teks tulis).Kegiatan ini
membantu siswa membentuk karakter dan berpikir tingkat tinggi.
(6) Moda merujuk pada bagaimana atau
dengan cara apa pesan disampaikan (teks tulis, audio, visual, audiovisual, digital, kinestesik, dsb.). Moda yang
lain (selain cetak) dapat berwujud visualisasi teks
dan/atau respon indrawi lain;
dramatisasi; refleksi pemahaman dengan membuat
teks
bentuk lain: lisan, tulisan,
audio, visual, audio visual, kinestesik.
(7) Pengatur
grafis (graphic organizers)3 adalah
berbagai bentuk
tabel atau
grafik untuk
membantu
pemahaman dengan
cara mengorganisasikan
ide/pikiran/gagasan.
(8) Pemahaman makna
kata-kata sulit dalam teks dapat menggunakan petunjuk dalam teks
(konteks).
D.
Alat Bantu
Pengatur grafis memiliki peran penting dalam membantu siswa memetakan proses pemahaman mereka terhadap sebuah bacaan/informasi. Ada berbagai jenis pengatur grafis yang dapat
digunakan, baik sebelum, ketika, maupun setelah membahas sebuah teks atau
materi pembelajaran. Daftar di bawah ini memuat beberapa contoh yang umum digunakan. Guru dan
siswa dapat mengadopsi, mengadaptasi, dan membuat pengatur grafis sendiri sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Pengatur grafis ini dapat digunakan secara individu,
berpasangan, maupun berkelompok. Selain pengatur
grafis
dapat juga digunakan
daftar cek
(check list).
3Pusat Bahasa,
2005.
18
DAFTAR PENGATUR GRAFIS YANG
DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN
DENGAN STRATEGI LITERASI (SEBELUM-KETIKA-SESUDAH)
|
NO |
PENGATUR GRAFIS |
KEGIATAN PEMBELAJARAN |
|
1 |
Aktivasi Pengetahuan Latar Belakang |
Menggali pengetahuan latar belakang
untuk memahami teks nonfiksi. |
|
2 |
Tabel Prediksi |
Membuat prediksi tentang teks
nonfiksi. |
|
3 |
Tahu-Ingin-Pelajari |
Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin diketahui (di awal pembelajaran)
dan yang telah
dipelajari (di akhir pembelajaran) |
|
4 |
Tahu-Ingin-Bagaimana |
Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin diketahui,
dan bagaimana cara mengetahuinya. |
|
5 |
Tahu-Ingin-Bagaimana- Pelajari |
Menuliskan hal yang sudah diketahui, yang ingin diketahui,
bagaimana cara mengetahuinya (di awal pembelajaran) dan yang telah
dipelajari (di akhir
pembelajaran) |
|
6 |
Rantai Peristiwa |
Mengurutkan kejadian
dalam teks nonfliksi
secara kronologis. |
|
7 |
Siklus |
Mengurutkan siklus kejadian/peristiwa |
|
8 |
Adik Simba |
Mengidentifikasi
informasi penting dengan menggunakan kata tanya. |
|
9 |
Berpikir-Berpasangan- Berbagi |
Memikirkan sebuah pertanyaan/isu
penting, bekerja berpasangan,
dan membagikan hasil diskusi. |
|
10 |
Diagram Venn |
Membandingkan
antara 2 hal/fenomena/tokoh
dll |
|
11 |
Hubungan Tanya Jawab |
Membuat pertanyaan
tentang fakta di dalam teks, informasi tersirat, keterkaitan antara teks dengan diri,
dan
dengan penulis/dunia
luar. |
|
12 |
Tabel Fakta
dan Opini |
Mengidentifikasi
fakta dan opini dalam
teks nonfiksi. |
|
13 |
Tabel Lima Indra |
Mengindentifikasi lima indra dan bagaimana pengaruhnya terhadap
pengalaman orang dalam
sebuah teks. |
|
14 |
Caption |
Menulis caption untuk
gambar/ilustrasi yang ada di
dalam teks |
|
15 |
Gambar dengan Caption |
Menggambar dan menulis caption baru berdasarkan informasi
dalam teks. |
|
16 |
Peta Gagasan Utama
dan Penjelas |
Mengidentifikasi gagasan utama
dan gagasan penjelas dalam
teks. |
|
17 |
Sebab-Akibat |
Menentukan sebab
dan akibat sebuah peristiwa dalam
teks. |
|
18 |
Masalah-Solusi |
Membuat ringkasan sebuah
teks. |
|
19 |
SQ3R |
Mencatat informasi penting, membuat pertanyaan, jawaban, dan singkasan teks. |
Contoh
wujud pengatur grafis terdapat
dalam lampiran
2.
19
E. Contoh
Penerapan Strategi
Literasi
dalam Pembelajaran
Berikut disajikan beberapa contoh penerapan strategi literasi dalam pembelajaran yang dapat
dilakukan di berbagai
mata pelajaran
dan jenjang pendidikan.
1.
Membuat Prediksi (Pengatur
Grafis nomor 2)
Membuat prediksi
merupakan ketrampilan dasar
dalam membaca yang
melibatkan proses
berpikir tingkat tinggi. Untuk
membuat
prediksi, seorang pembaca harus menggunakan informasi yang ada dan kemudian membuat inferensi. Pembaca yang baik membuat prediksi
berdasarkan
bukti tekstual. Bila kita menggunakan bukti untuk mendukung prediksi, kita dapat menjadi sosok
yang literat.
Berikut adalah contoh
teks pendek yang diikuti dengn langkah-langkah
membuat
prediksi. a. Prediksi dalam teks naratif
Teks
Anang
duduk di bangkunya
dan menggambar tokoh Star
Wars di buku
catatannya
ketika
gurunya sedang menjelaskan tentang rantai makanan di pelajaran Biologi atau entah apa. Dia tidak terlalu ingat. Hal terakhir yang
Anang
ingat adalah bahwa besok akan ada tes. Anang terhenyak. Dia pulang
dan langsung belajar, namun kemudian dia asyik bermain dengan Game Box-nya. Dia bermain sampai larut malam. Ketika alarm jam di mejanya bordering, Anang
terlalu lelah untuk mematikannya. Alarm berbunyi sampai 20 menit ketika kemudian Anang bangun dan bergegas bersiap ke sekolah. Seperti yang sudah dijanjikan, gurunya menjelaskan prosedur dan perintah tes,
dan kemudian membagikan lembar
soal.
Anang
membaca lembar yang dia terima dan
menggaruk kepalanya…
Pertanyaan:
1) Apa yang terjadi setelah
itu?
2) Bukti apa yang kamu gunakan
untuk mendukung prediksi
Pengatur grafis Membuat Prediksi (nomor
2) dapat digunakan untuk mengembangkan strategi literasi ini.
Latihan di atas didesain untuk memberikan latihan kepada
peserta didik dalam membuat dan mendukung prediksi. Peserta didik harus memprediksi apa yang akan terjadi dan mendukung
20
jawabanya
dengan
menggunakan bukti yang
ada di dalam
teks. Proses ini melibatkan ketrampilan
berpikir yang kritis dan tingkat tinggi.
b. Petunjuk Antisipasi
Contoh lain strategi Membuat Prediksi adalah Petunjuk Antisipasi, di mana
peserta didik juga
mengantisipasi informasi apa yang
akan didapatkan
di dalam
teks berdasarkan informasi yang
sudah ada. Informasi bisa dalam bentuk multimoda (teks,
gambar, simbol, grafik, dll). Setelah itu
peserta didik membaca teks dan mengonfirmasi prediksi atau antisipasi
yang sudah dibuat di awal pembelajaran. Berikut adalah contoh isian Tabel Antisipasi dalam sebuah bahasan di
pelajaran Biologi.
Petunjuk:
1) Sebelum membaca teks, tentukan apakah setiap pernyataan di bawah ini benar atau salah.
Lingkari
pilihanmu.
2) Sambil membaca
teks,
identifikasi apakah
setiap
pernyataan
tersebut
benar atau
salah.
Lingkari
jawabanmu dan tuliskan
buktinya.
3) Apakah pikiranmu berubah atau dikuatkan oleh apa yang kamu baca? Bila ya, jelaskan
mengapa?
4) Bagikan
jawabanmu dengan
teman-temanmu di
kelas.
|
Sebelum membaca |
Pernyataan |
Setelah membaca |
|
Benar Salah |
Evolusi adalah
cara ilmiah untuk menjelaskan perubahan biologis sepanjang waktu.
Bukti: Darwin menggunakan banyak bukti dari alam untuk mendukung teori evolusi berdasarkan seleksi ilmiah. |
Benar Salah |
|
Benar Salah |
Dalam
seleksi ilmiah, kemampuan
setiap organisme dalam menghadapi tantangan pertahanan
hidup dan reproduksi dalam
kondisi alam menentukan campuran ciri-ciri yang
akan diturunkan ke
generasi berikutnya. Bukti: Kelinci yang
memiliki ciri bulu lebih
tebal dapat bertahan hidup
lebih baik di iklim yang lebih dingin. Mereka menurunkan sifat
ini ke anak-anaknya, sehingga ciri bulu tebal menjadi lebih
banyak ditemukan di generasi kelinci berikutnya. |
Benar Salah |
|
Benar Salah |
Organisme individu
tidak berevolusi—populasi berevolusi. Bukti: Individu bertahan hidup atau
mati berdasarkan ciri-cirinya. Bergantung
pada siapa yang bertahan hidup, ciri-ciri yang
berbeda
yang diturunkan ke generasi berikutnya. Sejalan dengan waktu, |
Benar Salah |
21
ciri-ciri yang
paling
umum
dalam sebuah populasi bisa menjadi berbeda dari ciri-ciri yang
dimiliki generasi sebelumnya. Populasi secara keseluruhan, tapi individu di dalam populasi itu tidak dikatakan berevolusi.
2. Strategi Kosakata
Dalam disiplin sains dan
ilmu
sosial, banyak istilah yang
seringkali harus dipahami oleh peserta didik. Untuk memahami sains dan ilmu sosial, peserta didik perlu menguasai makna
istilah dan kosakata baru agar tidak terjadi kesalahan interpretasi.
Kosakata baru harus dikenalkan dan didiskusikan dalam proses pembelajaran. Mereka
memerlukan banyak kesempatan untuk membaca, menulis dan berlatih
menggunakan
istilah-istilah
baru.
Strategi kosakata
ditujukan agar peserta didik dapat:
- mengembangkan pengetahuan
istilah baru,
- mengembangkan pemahaman yang lebih dalam
tentang istilah-istilah umum,
- meningkatkan pemahaman
membaca,
- meningkatkan pilihan
kata yang dapat
digunakan untuk
menulis,
dan
- membantu peserta didik mengkomunikasikan
ide secara lebih efektif dan
akurat.
Ada beberapa strategi pemahaman kosakata yang dapat diterapkan. Berikut adalah salah satu
contoh strategi pemahaman kosakata.
Peta Definisi Konsep
Peta Definisi
Konsep amat bagus digunakan untuk mengenalkan konsep-konsep penting. Ciri- ciri dan contoh yang
dituliskan peserta didik membantu pemahaman istilah baru. Peserta didik menuliskan sendiri definisinya dengan menggunakan pengalaman, contoh-contoh,
dan ciri-ciri
yang mereka tuliskan
lebih dulu.
22
Sistem alamiah
kategori
EKOSISTEM
Ciri-ciri Organisme hidup Lingkungan tidak hidup Interaksi
antara keduanya
Istilah atau
konsep
|
Contoh |
|
lembah |
|
lautan |
|
hutan |
Definisi:
Semua benda hidup dan tidak hidup di suatu area yang berinteraksi satu sama
lain
3. Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Pengatur
Grafis nomor
9)
Strategi ini populer dengan nama Think-Pair-Share, dan merupakan salah
satu contoh strategi dalam pembelajaran kooperatif. Strategi ini mendorong
partisipasi individu dan dapat diterapkan
di semua jenjang
pendidikan dan kapasitas kelas. Peserta didik berpikir melalui pertanyaan
dengan tiga tahap yang jelas:
a. Berpikir:
Peserta didik
berpikir secara mandiri
dan individu
tentang pertanyaan yang
diberikan, dan mencoba membangun
ide
atau gagasan sendiri.
b. Berpasangan: Peserta didik mendiskusikan gagasan masing-masing secara berpasangan.
Langkah ini memungkinkan
peserta
didik untuk
menyampaikan
gagasan mereka dan mendengarkan gagasan
pasangannya.
Dengan demikian mereka
belajar menghargai
gagasan atau pemikiran
orang lain yang mungkin berbeda dengan gagasannya.
23
c. Berbagi: Tiap pasangan membagikan gagasan mereka dengan kelompok yang lebih besar, misalnya di depan kelas. Dengan tiga
langkah ini, gagasan-gagasan peserta
didik menjadi lebih utuh
dan matang.
Untuk merekam gagasan peserta didik di ketiga
langkah di atas, pengatur grafis nomor 9 dapat digunakan.
Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dapat
mendorong proses pembelajaran melalui pemberian kesempatan untuk menyampaikan gagasan secara lisan. Strategi ini juga meningkatkan ketrampilan komunikasi personal yang
diperlukan untuk mengelola gagasan. Selain itu, peserta didik merasa
ikut mengatur
bagaimana
mereka belajar, menegosiasikan
makna, dan tidak hanya bergantung pada otoritas keilmuan
guru.
Dalam kaitannya dengan
PPK, strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi melibatkan
proses perubahan positif terhadap kepercayaan diri peserta didik. Proses ini terjadi ketika mereka
saling mendengarkan satu sama lain,
dan ketika menyampaikan gagasan
di depan kelas bersama dengan
pasangan. Tidak ada satupun peserta didik yang tidak terlibat dalam diskusi.
Meskipun nampaknya
memerlukan banyak waktu, strategi ini membuat diskusi
kelas lebih produktif, di mana peserta didik sudah memiliki gagasan
sebelum
didiskusikan di depan
kelas.
4.
Tabel Observasi
Kerja Kolaborasi
Selain penilaian terhadap pembahaman konsep, penilaian terhadap kemampuan peserta didik
dalam bekerja sama juga perlu dilakukan. Kerjasama dan kolaborasi antara peserta
didik tidak terjadi
begitu saja. Untuk
itu perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan dan sekaligus menilai kolaborasi dalam
kerja kelompok. Berikut ini adalah salah
satu contoh tabel
yang dapat digunakan peserta didik dan guru untuk memantau kinerja. Jumlah dan isi kolom dapat diubah
sesuai kebutuhan informasi yang
akan
diamati guru.
24
|
Nama |
Peran |
Tanggungjawab |
Waktu yang dibutuhkan |
|
Anton |
Pembangun
kosa kata |
Mencari dan mencatat definisi
kata-kata/istilah kunci dalam
teks dari berbagai
sumber |
|
|
Riris |
Peringkas |
Membuat
ringkasan teks yang ditugaskan kepada
kelompok |
|
|
Dian |
Ilustrator |
Membuat
ilustrasi
atau memberi contoh kasus/topik yang
dibahas di dalam teks |
|
|
Ayun |
Penanya |
Membuat pertanyaan- pernyataan untuk menggali
informasi lebih dalam |
|
5. Penilaian diri
terhadap keterampilan
literasi dan kolaborasi
Peserta didik juga perlu didorong untuk melakukan penilaian diri atas perilaku dalam kerjasama. Berikut adalah
salah satu contoh
format penilaian diri.
|
No |
Keterampilan |
Selalu |
Sering |
Kadang- kadang |
Tidak pernah |
|
1 |
Saya mempraktikkan
mendengarkan
secara aktif. |
|
|
|
|
|
2 |
Saya menantang
ide/gagasan, bukan
orang yang memiliki
gagasan. |
|
|
|
|
|
3 |
Saya mengecek ketepatan dan
pemahaman saya. |
|
|
|
|
|
4 |
Saya menyampaikan
ketidaksetujuan
saya dengan cara yang positif. |
|
|
|
|
|
5 |
Saya
memberikan
kontribusi ide
di kelas/kelompok. |
|
|
|
|
|
6 |
Saya mengatur
dan mengelola tugas-tugas |
|
|
|
|
25
|
|
kelompok. |
|
|
|
|
|
7 |
Saya
menggunakan
parafrase
untuk meningkatkan pemahaman. |
|
|
|
|
|
8 |
Saya memberikan
kritik yang konstruktif. |
|
|
|
|
|
9 |
Saya menggunakan
strategi
bertanya yang baik. |
|
|
|
|
|
10 |
Saya
mempraktikkan
cara meraih kesepakatan/konsensus dengan
teman
kelompok saya. |
|
|
|
|
|
11 |
Saya memberikan inisiatif dalam diskusi. |
|
|
|
|
|
12 |
Saya bertanggungjawab dalam kelompok |
|
|
|
|
26
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN
BUDAYA LITERASI SEKOLAH
(Tiga Kegiatan Pelaksanaan GLS di
Sekolah
Untuk Membangun
dan
Mengembangkan Budaya Literasi Sekolah)
LAMPIRAN 2 PENGATUR
GRAFIS
27
LAMPIRAN
1
INSTRUMEN
BUDAYA LITERASI
SEKOLAH4
(Tiga
Kegiatan
Pelaksanaan GLS di
Sekolah
Untuk Membangun
dan Mengembangkan Budaya Literasi Sekolah)
Nama
sekolah : Alamat : Alamat Web : Telepon
: Surel (email)Sekolah :
HP kontak
person :
dansurel
Berilah tanda cek (V) pada kolom
―sudah‖ atau ―belum‖ sesuai dengan kondisi
di sekolah Ibu/Bapak! Pengisian centang ―belum‖
dapat dilengkapi dengan catatan mengenai ―masalah‖ yang dihadapi (kolom paling kanan).
|
NO |
INDIKATOR |
SUDAH |
BELUM |
MASALAH (JIKA BELUM) |
|
1 |
Ada kegiatan 15 menit
membaca yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran). |
|
|
|
|
2 |
Kegiatan
15
menit
membaca telah berjalan minimal
satu semester. |
|
|
|
|
3 |
Guru menjadi
model
dalam
kegiatan 15 menit membaca dengan ikut
membaca selama
kegiatan berlangsung. |
|
|
|
|
4 |
Kepala sekolahdan tenaga kependidikan menjadi model dalam kegiatan 15 menit membaca dengan ikut
membaca selama
kegiatan
berlangsung. |
|
|
|
|
5 |
Ada Tim Literasi Sekolah (TLS) atau tim sejenis yang dibentuk
oleh
kepala sekolah. |
|
|
|
|
6 |
Ada bahan
kaya teks yang terpampang di tiap kelas. |
|
|
|
|
7 |
Ada bahan
kaya teks yang terpampang di tiap kelas, koridor, dan area
lain di sekolah. |
|
|
|
|
8 |
Ada poster-poster kampanye
membaca untuk memperluas
pemahaman dan tekad warga sekolah
untuk
menjadi
pembelajar
sepanjang |
|
|
|
4Jakarta, 02032017, KP
28
|
|
hayat |
|
|
|
|
9 |
Ada perpustakaan, sudut
baca di tiap kelas,
dan area baca yang
nyaman dengan koleksi
buku nonpelajaran yang
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan literasi. |
|
|
|
|
10 |
Perpustakaan sekolah menyediakan beragam buku bacaan (buku nonpelajaran: fiksi
dan nonfiksi) yang
diperlukan peserta didik untuk
memperluas pengetahuannya
dalam pelajaran tertentu. |
|
|
|
|
11 |
Kebun
sekolah, kantin,
dan UKS menjadilingkungan yang bersih,
sehat dan
kaya
teks. Terdapat poster-poster tentang
pembiasaan hidup bersih, sehat,
dan indah. |
|
|
|
|
12 |
Peserta
didik memiliki
jurnal membaca
harian (menuliskan
judul bacaan
dan halaman) |
|
|
|
|
13 |
Peserta
didik memiliki
portofolio
yang berisi kumpulan jurnal
respon membaca. |
|
|
|
|
14 |
Peserta
didik memiliki
portofolio
yang berisi kumpulan jurnal
respon membaca
(untuk
SMP minimal
dua belas buku nonpelajaran) |
|
|
|
|
15 |
Jurnal respon peserta didik dari hasil membaca buku bacaan dan/atau buku pelajaran dipajang di kelas
dan/atau koridor sekolah |
|
|
|
|
16 |
Ada
berbagai
kegiatan
tindak
lanjut
(dari
15 menit
membaca) dalam bentuk
menghasilkan
respon secara
lisan maupun tulisan (bagian dari
penilaian nonakademik) |
|
|
|
|
17 |
Ada
berbagai
kegiatan
tindak
lanjut
(dari
15 menit membaca) dalam
bentuk menghasilkan respon secara lisan maupun tulisan dalam
pembelajaran (bagian dari penilaian
akademik yang terintegrasi dalam nilai mata pelajaran) |
|
|
|
|
18 |
Kepala sekolah dan jajarannya
berkomitmen melaksanakan dan
mendukung gerakan literasi
sekolah |
|
|
|
|
19 |
Ada penghargaan
terhadap pencapaian
peserta didik dalam kegiatan literasi secara berkala |
|
|
|
|
20 |
Ada kegiatan akademik yang mendukung budaya literasi sekolah,
misalnya: wisata ke perpustakaan atau kunjungan perpustakaan
keliling ke sekolah |
|
|
|
|
21 |
Ada kegiatan
perayaan hari-hari tertentu
yang bertema literasi |
|
|
|
|
22 |
Ada unjuk karya (hasil dari kemampuan berpikir kritis
dan kreativitas
berkomunikasi
secara |
|
|
|
29
|
|
verbal, tulisan, visual, atau digital) dalam perayaan
hari-hari tertentu yang bertema literasi |
|
|
|
|
23 |
Peserta didik
menggunakan lingkungan fisik, sosial,
afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi–di luar buku teks pelajaran–untuk memperkaya pengetahuan dalam
mata pelajaran |
|
|
|
|
24 |
Ada pengembangan
berbagai
strategi membaca (dalam kegiatan
membaca
15
menit
dan/atau
dalam pembelajaran) |
|
|
|
|
25 |
Guru melaksanakan
―strategi literasi
dalam pembelajaran‖ dalam semua
mata pelajaran |
|
|
|
|
26 |
Sekolah melibatkan publik
(orangtua, alumni, dan elemen masyarakat) untuk
mengembangkan
kegiatan literasi
sekolah. |
|
|
|
|
27 |
Sekolah berjejaring dengan pihak eksternal untuk pengembangan program literasi sekolah
dan pengembangan profesional
warga
sekolah tentang literasi. |
|
|
|
SUMBER DAYA MANUSIA
DAN SARPRAS
|
No |
RINCIAN |
JUMLAH ORANG |
JUMLAH JUDUL |
JUMLAH EKSEMPLAR/BUAH |
|
1 |
Siswa |
|
*** |
*** |
|
2 |
Guru (termasuk kepala sekolah) |
|
||
|
3 |
Karyawan |
|
||
|
4 |
Buku teks pelajaran |
*** |
|
|
|
5 |
Buku panduan
pendidik |
|
|
|
|
6 |
Buku pengayaan |
|
|
|
|
|
Fiksi |
|
|
|
|
|
Nonfiksi |
|
|
|
|
7 |
Buku referensi |
|
|
|
|
8 |
Sumber
belajar lain |
|
|
|
|
9 |
Langganan media
online (majalah, jurnal, dll.) |
|
|
|
|
10 |
Jumlah
komputer |
*** |
|
|
|
11 |
Jumlah
komputer yang terhubung internet |
|
Catatan:
1. Yang bertugas sebagai tenaga perpustakaan adalah …
2. Hotspot:
ada/tidak ada (coret salah
satu)
3. Catatan lain: …
4. Gambar/foto/video
kondisi dan kegiatan berliterasi ….
30
Khusus untuk sarpras (No. 4—9), silakan mencermati ketentuan Permendiknas
no 24 tahun
2007: (1) Buku teks pelajaran: 1 eksemplar/mata
pelajaran/peserta didik,
ditambah 2
eksemplar/mata pelajaran/sekolah; (2) Buku panduan pendidik: 1 eksemplar/mata pelajaran/guru
mata pelajaran bersangkutan,
ditambah 1 eksemplar/mata
pelajaran/sekolah; (3)
Buku
pengayaan: 870 judul/sekolah,
terdiri atas 70% nonfiksi dan
30% fiksi.
Banyak eksemplar/sekolah minimum: 1000 untuk 3--6 rombongan belajar, 1500 untuk 7--12 rombongan
belajar,
2000 untuk 13--18 rombongan belajar,
2500
untuk 19--24 rombongan belajar; (4) Buku
referensi: 20 judul/SMP; (5)
Sumber belajar lain: 20 judul/SMP! Bandingkan dengan
Permendikbud
No 23 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal:Satu set buku teks untuk
setiap perserta didik dan 200 judul
buku pengayaan
dan 20 buku referensi untuk SMP!.
31
LAMPIRAN 2 PENGATUR GRAFIS
1. Aktivasi
pengetahuan latar belakang
Nama: Kelas:
Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Apa yang sudah kamu ketahui
sebelumnya?
KOSAKATA TENTANG TOPIK TERTENTU
Guru dan siswa menuliskan
sejumlah kosakata (10--15
kata)
yang berkaitan dengan topik
yang akan dibahas. Siswa mencermati kata- kata tersebut dan
mengisi tabel berikut ini.
|
........ |
........ |
......... |
......... |
.......... |
|
........ |
........ |
......... |
......... |
.......... |
|
Kata ini
belum pernah saya dengar
sebelumnya |
Saya
pernah mendengar kata ini,
tapi belum paham/tidak yakin
maknanya |
Saya
tahu definisi kata ini
atau pernah menggunakannya
dalam sebuah kalimat |
Saya
tahu berbagai makna atau
penggunaan kata ini
dan dapat memberikan contohnya |
|
|
|
|
|
32
2. Tabel Prediksi
Membuat Prediksi
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
|
|
Prediksi
saya |
Apa yang sebenarnya terjadi |
|
Awal |
|
|
|
Tengah |
|
|
|
Akhir |
|
|
33
3. Tahu-Ingin-Pelajari
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Bacalah judul teks! Tuliskan informasi yang
sudah kamu ketahui tentang topik tersebut
(baris
T)! Tuliskan pertanyan-pertanyaan yang
ingin kamu temukan jawabannya di dalam teks yang akan
kamu baca (baris I)!Kemudian bacalah teks tersebut!
Jawablah pertanyaan yang sudah kamu
buat sebelumnya untuk menunjukkan
hal-hal yang sudah
kamu
pelajari dalam teks (P)!
|
Tahu |
|
|
Ingin |
|
|
Pelajari |
|
34
4. Tahu-Ingin-Bagaimana
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Bacalah judul teks! Tuliskan informasi yang
sudah kamu ketahui tentang topik tersebut
(baris
T)! Tuliskan pertanyan-pertanyaan yang
ingin kamu temukan jawabannya di dalam teks yang
akan kamu baca (baris I)! Kemudian tuliskan bagaimana caranya kamu akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang kamu
tulis (baris B)!
|
Tahu |
|
|
Ingin |
|
|
Bagaimana |
|
35
5. Tahu-Ingin-Bagaimana-Pelajari
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Bacalah judul teks! Tuliskan informasi yang sudah kamu ketahui tentang topic tersebut (baris T)! Tuliskan pertanyan-pertanyaan yang ingin kamu temukan jawabannya di dalam teks yang
akan kamu baca (baris I)! Kemudian tuliskan bagaimana cara kamu akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
kamu
tuliskan (baris
B)!
Setelah
membaca
teks,
tuliskan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaanmu untuk
menunjukkan
hal-hal yang telah
kamu
pelajari (baris
P)!
|
Tahu |
|
|
Ingin |
|
|
Bagaimana |
|
|
Pelajari |
|
36
6. Rantai Peristiwa/Proses
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Urutkan kejadian secara kronologis/proses mengenai terjadinya sesuatu dengan mengisikan kata-
kata ke dalam
kotak-kotak berikut
ini!

37
7. Siklus
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Tuliskan siklus
sebuah
fenomena alam
dengan mengisikan
kata-kata
dalam gambar panah
berikut!

38
8. Adik simba (Apa,
di Mana, Kapan,
Siapa,
Mengapa,
Bagaimana)
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
|
Siapa? |
TOPIK |
Kapan? |
|
Apa? |
di Mana? |
|
|
Mengapa? |
Bagaimana? |
39
9. Berpikir-Berpasangan-Berbagi
Nama: Nama teman
saya:
Kelas:
Tanggal:
Judul Teks/Materi:
|
PERTANYAAN ATAU
ISU |
APA YANG SAYA PIKIRKAN |
APA YANG DIPIKIRKAN
TEMAN SAYA |
APA YANG AKAN KAMI
BAGIKAN DI KELAS |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
40
10. Hubungan Tanya Jawab
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
|
Di
Dalam Teks |
Di sini |
Pikir dan
Cari |
|
Jawaban tersurat di
dalam teks
dan dapat langsung ditemukan di satu bagian. |
Jawaban ada di
dalam teks, namun informasinya harus dicari di
beberapa bagian
di dalam teks. |
|
|
Di
Benak Saya |
Penulis dan Saya |
Pandangan Saya |
|
Jawaban tersirat di
dalam teks. Saya harus menggunakan pengetahuan
sebelumnya untuk menjawab/memberikan respon. |
Jawaban tidak ada di dalam teks. Teks
tidak harus dibaca untuk menjawab
pertanyaan. Saya menggunakan
pengalaman saya sebelumnya untuk memberikan respon. |
41
11.
Diagram Venn
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
:
Tuliskan nama dua hal yang kamu bandingkan ke dalam lingkaran di bawah ini!
Tuliskan kata/frasa yang
membedakan dua hal tersebut ke dalam bagian yang
tidak beririsan! Tuliskan
kata/frasa yang menunjukkan kesamaan
di
antara dua
hal tersebut ke
dalam bagian yang
beririsan!
42
12. Tabel Fakta-Opini
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Tuliskan fakta-fakta yang kamu temukan di dalam teks!
Tuliskan pernyataan berbentuk opini yang kamu temukan di dalam teks! Jelaskan darimana kamu tahu bahwa pernyataan tersebut
adalah fakta atau
opini!
|
Fakta |
Dari Mana Saya
Tahu |
|
|
|
|
Opini |
Dari Mana
Saya Tahu |
|
|
|
43
13. Tabel Lima
Indra
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Tuliskan kalimat yang memerikan lima indera di dalam
teks
ke dalam kolom di bawah
ini!
|
Indra |
Kalimat di
dalam teks |
|
Perasa |
|
|
Penglihatan |
|
|
Pendengaran |
|
|
Sentuhan |
|
|
Pembau |
|
44
14.
CAPTION5
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Carilah gambar atau ilustrasi di dalam teks!. Buatlah caption untuk gambar tersebut! Bila sudah
ada caption sebelumnya, buatlah caption
baru yang bermakna sama!
|
Gambar/ilustrasi tentang: |
|
|
|
Captionlama: |
|
Captionbaru: |
|
Gambar/ilustrasi tentang: |
|
|
|
Captionlama: |
|
Caption baru: |
5Tulisan yang menyertai gambar.
45
15. GAMBAR
DENGAN CAPTION
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Carilah informasi di dalam teks yang dapat diubah isinya dalam bentuk gambar atau ilustrasi!
Gambarkan
hal
itu
di dalam kotak di bawah
ini dan tambahkan caption!
Informasi tentang:
Caption:
Informasi tentang:
Caption:
46
16. Peta Gagasan Utama dan Penjelas
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
![]()
Contoh
Gagasan Penjelas 1 Contoh

Contoh
![]()
![]()
Contoh
|
Gagasan Utama |
|
Gagasan Penjelas
2 |
|
Contoh |
|
|
|
Contoh
![]()
![]()
Contoh
![]()
Gagasan Penjelas
3 Contoh
Contoh
47
17. Hubungan Sebab-Akibat
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Akibat 1
Sebab
Akibat 2

Akibat 3
48
18. Masalah-solusi
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Peta Masalah-Solusi ini membantumu mengidentifikasi masalah dan mempertimbangkan
berbagai solusi
dan kemungkinan hasilnya.
|
Masalah |
Siapa Apa Mengapa |
|
|
Solusi |
Alternatif
solusi 1. |
Hasil 1. |
|
|
2. |
2. |
|
|
3. |
3. |
Hasil akhir
49
19. SQ3R
Nama: Kelas: Tanggal:
Judul Teks/Materi:
Tuliskan
judul dan subjudul dalam teks!
Survey:
![]()
![]()
Question: Tuliskan pertanyaan "Adik Simba
(Apa, di Mana, Kapan, Siapa,
Mengapa, dan bila perlu, Bagaimana) dari topik utama!
![]()
![]()
Read: Tuliskan jawaban
dari pertanyaan yang kamu
tulis di atas!
![]()
Recite:
Tuliskan informasi dan frasa penting dari jawaban pertanyaan
di atas!
![]()
![]()
Review: Buatlah ringkasan dari setiap
paragraf/bagian teks.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2016. Pembelajaran
Multiliterasi: Sebuah Jawaban
atas Tantangan Pendidikan
Abad
ke-21 dalam Konteks
Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama.
Beers, C. S., Beers,
J. W., &
Smith, J. O. 2009. A Principal’s Guide to Literacy Instruction.
New
York:
Guilford Press.
Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 23
Tahun
2013 tentang ―Perubahan Atas
Peraturan Menteri
Pendidikan
Nasional Nomor 15
Tahun 2010
Tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar Di
Kabupaten/Kota‖.
Jakarta.
Depdiknas. 2007. Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
24 Tahun
2007 tentang ―Standar Sarana dan Prasarana
Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah
(SMP/MTs), Dan Sekolah
Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Depdikbud.
2016. Modul Pelatihan Penguatan
Pendidikan Karakter Bagi Guru. Jakarta. Greenleaf,
C. dkk. 2011. "Integrating Literacy and Science in
Biology:
Teaching
and
Learning
Impacts of Reading Apprenticeship Professional Development." American Educational
Research Journal
48 (3): 647-717).
Kisyani-Laksono
dkk. 2016. Manual Pendukung Gerakan
Literasi Sekolah untuk Jenjang
Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Dit
SMP, Dikdasmen, Kemdikbud.
Ming, K. 2012. "10
Content-Area Literacy Strategies
for
Art, Mathematics, Music, and
Physical
Education. The Clearing
House, 85: 213-220.
OECD. 2016. The Survey of Adult Skills: Reader’s Companion.
Second
Edition
Pahl. K,
Rowsell, J. 2005. Literacy and
Education. London:
Paul
Chapman Publishing.
Pusat
Bahasa,
2005. Seri
Glosarium: Glosarium Pendidikan. Jakarta: Kementerian
Pendidikan
Nasional.
Retnaningdyah, Pratiwi
dkk. 2016. Panduan Gerakan
Literasi Sekolah di
SMP. Jakarta:
Dikdasmen, Kemdikbud.
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen,
2016a.“Strategi Literasi
dalam Pembelajaran
v
di Sekolah Dasar (Modul
Materi Penyegaran Instruktur
Kurikulum 2013)‖. Jakarta.
Satgas
GLS Ditjen Dikdasmen,
2016b.“Strategi Literasi
dalam Pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas‖. Jakarta.
Robb, L.
2003. Teaching Reading
in Social Studies,
Science, and Math:
Practical Ways
to Weave Comprehension
Strategies Into
Your
Content Area Teaching.
New
York: Scholastic Professional Books.
Toolin, R.E.
2004. "Striking a Balance Between Innovation and
Standards: A Study of Teachers
Implementing Project-Based
Approaches to Teaching Science." Journal of Science Education
and Technology 13 (2):
179-187.
Wiedarti, Pangesti.
2016. ―Literasi
Kriminal dalam Gerakan Literasi
Sekolah‖. Dalam Kompas,
11 Mei 2016 hlm. 7.
Jakarta.
Wiedarti, Pangesti dan Kisyani-Laksono
(ed.).
2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah.
Jakarta: Dikdasmen, Kemdikbud.
Wilson, A.A.
and Chavez, K.J.
2014. Reading and Representing
Across the Content Areas: A Clasroom Guide.
New York: Teachers
College Press, Columbia University.
Word Economic Forum. 2016. ―What are the 21st-century skills every student needs?‖.Dalam
https://www.weforum.org/agenda/2016/03/21st-century-skills-future-jobs-students/, 10 March
2016.
vi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar