Rabu, 28 Oktober 2020

 

PEMBELAJARAN

 

1.    Pengertian Pembelajaran

Menurut Corey dalam Majid (2014:4) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.

Menurut UU SPN No.20 tahun 2003 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Oemar Hamalik dalam Majid (2014:4) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunan dari bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Syaodih dalam Majid (2014:5) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi edukatif, yaitu interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaannya. Pembelajaran juga berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai tugas dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri: a) ada tujuan yang ingin dicapai; b) ada pesan yang akan ditransfer; c) ada pelajar; d) ada guru; e) ada metode; f) ada situasi; dan g) ada penilaian.

Jika kita mengamati berbagai praktek pembelajaran yang dilaksanakan oleh para guru, akan dapat dijumpai gejala beraneka ragam. Keanekaragaman itu terjadi, baik pada tingkah laku guru, peserta didik, maupun situasi kelas. Secara umum gejala yang dapat diamati dapat dikelompokan ke dalam tiga kelompok utama, yaitu :

1)   Ada guru yang mengajar dengan cara menyampaikan materi pelajaran semata.

2)   Ada guru yang sengaja menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan yang beraneka ragam dalam mempelajari materi pembelajaran

3)   Ada guru yang mengajar dengan memberi kebebasan kepada peserta didik memilih materi pembelajaran apa yang akan dipelajari sesuai dengan minat dan pilihannya, juga memberi kebebasan kepada setiap peserta dididk untuk melakukan proses mempelajari materi pembelajaran tersebut.

 

Pada kelompok pertama, guru berperan sebagai penyampai materi pelajaran. Guru biasanya berdiri di depan kelas, menghadapi peserta didik dan menjelaskan isi pelajaran. Peserta didik pada umumnya duduk dengan rapi, mendengarkan keterangan guru, atau sedikit mencatat keterangan itu. Adapun yang dijelaskan, diterima sebagai pengetahuan yang harus dimiliki, kemudian dihapalkan, agar kelak dapat menjawab dengan baik jika diadakan ulangan. Situasi seperti inilah yang disebut pengajaran.

Pada kelompok kedua, ada sementara guru yang mengajar dengan menciptakan situasi dan kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan tujuan. Jika tujuan menghendaki agar peserta didik tidak hanya sekedar mengetahui, tetapi memiliki kemampuan yang lebih jauh, seperti memahami, mampu menerapkan suatu konsep dalam berbagai keadaan, atau memiliki bentuk keterampilan tertentu, maka proses itulah yang disebut pembelajaran.

Pada kelompok ketiga, guru berperan sebagai pembimbing belajar, namun proses pemberian bimbingan bersifat lebih bebas, tanpa mengarahkan. Peserta didik dapat secara bebas memenuhi kebutuhan tentang apa yang ingin dipelajari, bebas memilih materi pelajaran apa yang akan dipelajari, serta bagaimana mempelajarinya. Guru hanya mengikuti saja apa kemauan peserta didik dalam belajar.

Uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran itu beraneka ragam. Jika kita mau semua gejala yang menunjukkan keanekaragaman  pembelajaran akan didapati lebih banyak lagi. Hal ini disebabkan, pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses yang kompleks (rumit), namun demikian dengan maksud yang sama, yaitu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan tujuannya.

 

2.    Peran Guru dalam Pembelajaran

Jika ditelusuri secara mendalam, proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen – komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan peserta didik.

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode pembelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran.

Description: C:\Users\user\Downloads\WhatsApp Image 2020-09-18 at 17.01.03.jpeg          Perhatikan gambar berikut ini :

 

 

 

 

 

 

           Gambar 1: Peran Guru dan Peserta didik dalam Pembelajaran

Peran Guru dalam Pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas peserta didik setidak-tidaknya menjalankan tugas utama, berikut ini :

1)   Merencanakan Pembelajaran

Perencanaan ini meliputi :

a)    Tujuan apa yang hendak dicapai, yaitu bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan dapat dicapai atau dapat dimiliki oleh peserta didik setelah terjadinya pembelajaran.

b)   Materi pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan. Materi pembelajaran merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik selama mengikuti proses pendidikan atau proses pembelajaran.

c)    Bagaimana proses pembelajaran yang akan diciptakan oleh guru agar peserta didik mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

d)   Bagaimana menciptakan dan menggunakan alat evaluasi untuk mengetahui atau mengukur apakah tujuan itu tercapai atau tidak.

Dengan demikian, perencanaan pembelajaran banyak tergantung kepada kemampuan guru mengembangkannya, karena tugas guru berkaitan dengan melaksanakan pembelajaran mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.

2)   Melaksanakan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegang pada apa yang sudah terencana dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Situasi pembelajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a)    Faktor Guru

Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Gaya mengajar ini mencerminkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru yang bersangkutan.

b)   Faktor Siswa

Setiap peserta didik mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian. Kecakapan yang dimiliki masing-masing peserta didik meliputi kecakapan potensial, seperti bakat dan kecerdasan serta kecakapan dari hasil belajar.

c)    Faktor Kurikulum

Secara sederhana arti kurikulum dalam kajian ini menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pola interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.

d)   Faktor Lingkungan

Lingkungan di sini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai siatuasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses pembelajaran.

 

 

3)   Mengevaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan salah satu komponen pengukur derajat keberhasilan pencapaian tujuan, dan keekftifan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Fungsi evaluasi untuk :

a)    Mengetahui apakah peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan

b)   Mengetahui kondisi belajar yang disiapkan, apakah dapat menyebabkan peserta didik belajar.

c)    Mengetahui apakah prosedur pembelajaran berlangsung dengan baik.

d)   Mengetahui di mana letak hambatan pencapaian tujuan tertentu.

Jika evaluasi merupakan umpan balik sebagai dasar memperbaiki sistem pembelajaran, sesungguhnya pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu. Setiap kali dilaksanakan prose pembelajaran, harus di evaluasi (formatif). Sebaliknya jika evaluasi hanya dilaksanakan di akhir program (sumatif) umpan balik tidak banyak berarti, sebab telah banyak proses terlampaui tanpa revisi. Oleh karena itu, agar evaluasi memberi manfaat yang besar terhadap pembelajaran hendaknya dilaksanakan setiap kali selesai proses pembelajaran untuk suatu topik tertentu.

4)   Memberikan Umpan Balik

Menurut Stone (Sumiati, 2010: 7) umpan balik mempunyai fungsi untuk membantu peserta didik memelihara minat dan antusias dalam melaksanakan tugas belajar. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah, bahwa belajar itu ditandai oleh adanya keberhasilan dan kegagalan. Jika hal ini diketahui peserta didik, akan membawa dampak berupa hadiah dan hukuman. Keberhasilan berdampak hadiah (reward) dan kegagalan berdampak hukuman (punishment).

Dengan memperoleh hadiah tersebut peserta didik akan merasakan suatu insentif yang dapat memberikan rangsangan dan motivasi baru dalam belajar. Sedangkan dengan hukuman menyebabkan peserta didik tidak mengulangi kegagalan yang dibuatnya. Itu sebabnya maka dalam proses pembelajaran, umpan balik sangat penting artinya bagi peserta didik dalam belajar.

Guru dalam pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Bagaimana hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran guru. Dalam bukunya, Sanjaya mengatakan bahwa peran guru adalah :

1)   Guru sebagai sumber belajar

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakal ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didiknya (Sanjaya, 2010:21).

 

 

2)   Guru sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Melalui usaha yang sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berorientasi pada guru (Sanjaya,2010:23).

3)   Guru sebagai pengelola

Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh peserta didik (Sanjaya,2010:24).

4)   Guru sebagai demonstrator

Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempetunjukkan kepada peserta didik segala sesuatu dapat membuat peserta didik lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru hrus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji. Dengan demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap peserta didik. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik (Sanjaya, 2010:26).

 

5)   Guru sebagai pembimbing

Peserta didik adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walupun secara fisik mungkin memiliki kemiripan, tetapi pada hakekatnya meraka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Perbedaan itulah yanh menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing (Sanjaya, 2010:27).

6)   Guru sebagai motivator

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi peserta didik yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya (Sanjaya, 2010:28).

Proses pembelajaran akan berhasil manakal peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk berhasil dalam pendidikannya. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.

7)   Guru sebagai evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan (Sanjaya, 2010:31).

 

3.    Pendekatan Pembelajaran

Peserta didik adalah peserta yang aktif. Titik tolak pemikiran bahwa peserta didik diajar dan guru mengajar beralih ke pandangan bahwa peserta didik belajar, peserta didik mempelajari berbagai hal terus-menerus dalam perjalanan hidupnya. Kegiatan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, peserta didik belajar, saling belajar, bukan hanya dari guru melainkan juga dari teman-teman sekelas, sesekolah, dari sumber belajar yang lainnya (media cetak, media elektronik).

Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, teknik dan pendekatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dam metode pembelajaran yang dipilih harus pembelajaran dalam bentuk pemberian tugas proyek demontrasi, pemecahan masalah untuk menghasilkan yang melibatkan partidipasi aktif peserta didik. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan komptensi yang dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan, dan batas akhir suatu tugas.

 

Cara Mengukur Dan Mengetahui Efektivitas Pembelajaran

 

Cara Mengukur Dan Mengetahui Efektivitas Pembelajaran_ sebagai seorang guru ataupun orang tua wajib memahami apakah pelajaran atau pembelajaran yang selama ini mereka terapkan kepada anaknya sudah efektif atau belum, hal ini dirasa sangat perlu karena, agar upaya dalam membelajarkan anak bisa sesuai sasaran dan maksimal.

seorang guru dituntut bukan hanya untuk mengaja anak tapi lebih dari itu seorang guru juga harus bisa memastikan bahwa transfer of knowledge yang ia lakukan benar-benar efektif sehingga kepribadian dan kecerdasan siswa semakin meningkat. sebelum membahas cara Cara Mengukur Dan Mengetahui Efektivitas Pembelajaran, sebaiknya kita terlebih dahulu harus memahami pengertian efektifitas itu sendiri dan berikut sedikut ulasan singkatnya

A. Pengetian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan atau suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

B. Cara Mengukur Dan Mengetahui Efektivitas Pembelajaran

Slavin (2000) keefektifan pembelajaran dapat diukur menggunakan empat  indikator sebagai berikut :

1. Kualitas pembelajaran (quality of insurance), yaitu seberapa besar kadar informasi yang disajikan sehingga siswa dengan mudah dapat mempelajarinya atau tingkat kesalahannya semaki kecil. Semakin kecil tingkat kesalahan  yang dilakukan berarti semakin efektif pembelajaran. Penentuan tingkat keefektifan pembelajaran tergantung dengan pencapaian penguasaan tujuan pengajaran tertentu, biasanya disebut ketuntasan belajar.

2. Kesesuiaan tingkat pembelajaran (appropriate level of instruksion) yaitu sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan siswa dalam  menerima materi baru.

3. Insentif yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan atau mengerjakan tugas-tugas dan mempelajari materi yang diberikan. Makin besar motivasi yang diberikan, makin besar pula keaktifan siswa dengan demikian pembelajaran akan efektif.

4. Waktu, yaitu waktu yg dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran akan efektif apabila siswa dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengn waktu yang ditentukan.

Eggen dan Kauchan (Mattoaliang,2015) mengemukakan bahwa efektifitas pembelajaraan  ditandai dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran, khususnya dalam pengorganisasian dan penemuan informasi. Oleh karena itu, semakin aktif siswa dalam pembelajaran maka semakin efektif pula pembelajaran yang dilaksanakan.

C. Ciri-Ciri Efektivitas Pembelajaran

Menurut  Surya (Agsha: 2015) bahwa keefektifan program pembelajaran di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Berhasil  menghantarkan  siswa  mencapai  tujuan-tujuan  instruksional  yang  telah  di tetapkan

2) Memberikan  pengalaman  belajar  yang  atraktif,  melibatkan  siswa  secara  aktif  sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional

3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang baik adalah bagaimana guru berhasil menghantarkan anak didiknya untuk mendapatkan pengetahuan dan memberikan pangalaman belajar yang antraktif.

D. Kriteria Efektifitas Pembelajaran

Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:

1) Hasil belajar matematika siswa dikatakan efektif apabila secara desktiptif memenuhi kriteria berikut :

a) Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa lebih atau sama dengan nilai KKM yaitu 70.

b) Rata-rata gain ternormalisasi minimal berada pada kategori sedang,

c) Terjadi ketuntasan secara klasikal (80%).

2) Motivasi belajar matematika siswa dikatakan efektif apabila secara desktiptif memenuhi kriteria berikut :

a) Skor rata-rata motivasi belajar matematika siswa minimal sedang,

b) Rata-rata gain ternormalisasi minimal berada pada kategori sedang.

3) Model  pembelajaran  dikatakan  efektif  jika  dapat  meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa.

https://www.rijal09.com/2016/12/cara-mengukur-dan-mengetahui-efektivitas-pembelajaran.html

https://ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02/efektivitas-pembelajaran/

 

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN

1.   Pengertian Efektivitas Pembelajaran

Jika dilihat dari istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang berbeda, yakni efektivitas dan pembelajaran. Makna dari efektivitas itu sendiri adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.

Sedangkan Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.

Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses internal siswa. Pada belajar dan perkembangan, siswa sendiri yang mengalami, melakukan, dan menghayatinya. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran, dimana proses interaksi terjadi antara guru dengan siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental, sehingga menjadi mandiri dan utuh, disamping itu pula proses belajar tersebut terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Dalam Proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi suku rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, penguatan, evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.

Dari kegiatan interaksi belajar-mengajar tersebut, guru membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar. Maka, ranah-ranah tersebut semakin berfungsi. Sebagai ilustrasi, pada ranah kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, menganalisis, sintesis dan mengevaluasi. Pada ranah afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan membentuk pola hidup. Sedangkan pada ranah psikomotorik siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru.

Walaupun kita tahu bahwa belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran atau dilakukan secara insidental, namun demikian dampak pembelajaran tersebut terhadap belajar sangat bermanfaat dan biasanya mudah diamati. Apabila pembelajaran dirancang untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu (a specific learning objective), maka pembelajaran itu mungkin akan lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Pembelajaran mencakup peristiwa-peristiwa yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh sesuatu yang bisa berupa bahan cetakan (buku teks, surat kabar, majalah, dsb), gambar, program televisi, atau kombinasi dari obyek-obyek fisik, dsb. Peristiwa ini mencakup semua ranah atau domain hasil belajar (learning outcomes). Secara singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian rupa, sehingga akan mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan oleh si belajar dapat dipermudah/ difasilitasi.

Maka pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan. Selain itu diketahui bahwa belajar akan lebih berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual, bahwa perbedaan individual ini perlu mendapat perhatian yang lebih banyak.

 

2.   Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, antara lain:

a.  Faktor raw input (yakni faktor murid itu sendiri), dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam:

·  kondisi fisiologis

·  kondisi psikologis

b. Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.

c.    Faktor instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri dari:

·  Kurikulum

·  program/bahan pengajaran

·  sarana dan fasilitas

·  guru (tenaga pengajar)

     Faktor pertama disebut sebagai “faktor dari dalam“, sedangkan faktor kedua dan ketiga sebagai “faktor dari luar“.

Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a.      Faktor dari luar (Eksternal)

1)      Faktor Environmental Input (Lingkungan)

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti keadaaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu jika ada orang lain keluar-masuk, bercakap-cakap didekatnya dengan suara keras,dsb.

Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, ramainya pasar, dsb juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah, disarankan agar lingkungan sekolah berada di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu-lintas dan pasar. 

2)      Faktor-faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah dicanangkan.

Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan juga faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan/ program yang harus dipelajari, pedoman belajar, dsb.

b.      Faktor dari dalam (Internal)

Diantara faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor individu siswa, baik kondisi fisiologis maupun psikologis anak.

·         Kondisi Fisiologis Anak

Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dsb akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.

Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru yang baik, tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didiknya.

·         Kondisi Psikologis Anak

Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis, yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar :

a)      Minat

Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Maka, tugas guru adalah untuk dapat menarik minat belajar siswa, dengan menggunakan berbagai cara dan usaha mereka.

b)      Kecerdasan

Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa kecerdasan memegang peran besar dalam menentukan berhasil-tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quetient (IQ). 

c)      Bakat

Disamping Intelegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara definitif, anak berbakat adalah anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang tinggi. Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan program pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya. 

d)      Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada didalam individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif, yaitu :

§  Motif Intrinsik

§  Motif Ekstrinsik

Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik.

e)      Kemampuan-kemampuan Kognitif

Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari, bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak disekolah. Oleh karena itu, kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor penting dalam belajar siswa / peserta didik. Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan diatas, maka hal penting yang harus dilakukan bagi para pendidik, guru, orangtua, dsb adalah mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal mungkin.

 

3.      Unsur-unsur Efektivitas Pembelajaran

Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Adapun unsur-unsur efektivitas pembelajaran tersebut meliputi:

a.      Bahan Belajar

Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pemerolehan.

b.      Suasana Belajar

Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh pada kegiatan belajar. Karena guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa. Hal ini berarti suasana belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa.

c.       Media dan Sumber Belajar

Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni, sanggar olah raga, televisi dapat ditemukan didekat sekolah. Disamping itu, buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga telah tersedia semakin baik dan berkembang maju. Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah. Pemanfaatan tersebut, dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat.

d.      Guru Sebagai Subyek Pembelajar

Guru adalah subyek pembelajar siswa. Sebagai subyek pembelajar, guru berhubungan/ berinteraksi secara langsung dengan siswa. Sebagaimana mestinya setiap individu mempunyai karakteristik, motivasi belajar siswa yang berbeda-beda. Atas hal tersebut, maka guru dapat menggolongkan motivasi belajar siswa dengan melakukan penguatan-penguatan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi, dan motivasi intrinsik siswa.

 

4.      Cara belajar mengajar yang efektif

a.      Cara Belajar Yang Efektif

1)      Perlunya Bimbingan

Untuk mempertinggi produksi, maka Miunsterberg dan Taylor mengadakan penyelidikan ilmiah tentang cara-cara bekerja efisien. Efisien dalam industri telah banyak menjadi kenyataan, sehingga pemborosan bahan dan waktu diperkecil sampai minimal.

Seperti diketahui, belajar itu sangat kompleks dan belum diketahui segala seluk-beluknya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian, kita dapat membantu siswa dengan memberikan petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Ini tidak berarti, bahwa mengenal petunjuk tersebut dengan sendirinya akan menjamin sukses siswa. Kesuksesan hanya tercapai berkat usaha keras, tanpa diiringi dengan usaha tidak akan tercapai suatu apapun.

Disamping memberikan petunjuk tentang cara-cara belajar, baiknya siswa juga diawasi dan dibimbing sewaktu mereka belajar. Dengan begitu, maka hasilnya akan jauh lebih baik lagi sesuai dengan apa yang kita harapkan.

2)      Kondisi dan Strategi Belajar

Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif, perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :

a)      Kondisi Internal

Yang dimaksud dengan kondisi internal, yaitu kondisi/situasi yang ada didalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanan, ketenteramannya, dsb. Siswa dapat belajar dengan baik, jika kebutuhan internalnya dapat terpenuhi. Menurut Maslow, ada tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, antara lain :

1.      Kebutuhan Fisiologis

Merupakan kebutuhan jasmani manusia, misalnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, istirahat, dan kesehatan. Untuk dapat belajar secara efektif dan efisien, siswa harus sehat, dan jangan sampai sakit sehingga dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar seseorang.

2.      Kebutuhan akan Keamanan

Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa yang jauh dari rasa kecewa, takut, kegagalan, dsb. Oleh karena itu, agar cara belajar siswa dapat ditingkatkan kearah yang efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi pelajaran yang ingin dipelajari.

3.      Kebutuhan akan Kebersamaan dan Cinta    

Manusia dalam hidup membutuhkan kasih-sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain. Disamping itu, ia akan merasa bahagia jika dapat membantu dan memberikan cinta-kasih kepada orang lain. Oleh karena itu, belajar bersama dengan kawan-kawan lain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir siswa. Untuk itu, diperlukan cara berpikir yang terbuka (open-minded), kerja sama, memilih materi yang tepat, dan ditunjang dengan visualisasi (contoh nyata atau gambar-gambar, dsb).

4.      Kebutuhan akan Status

Setiap orang akan berusaha semaksimal mungkin, agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, diperlukan sifat optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

5.      Kebutuhan Self-Actualisation

Belajar yang efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang. Oleh karena itu, siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik, akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan.

6.      Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti

Yaitu kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi, dan untuk mengerti sesuatu. Hanya dengan belajarlah upaya pemenuhan kebutuhan ini dapat terwujud.

7.      Kebutuhan Estetik

Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. Hal ini hanya mungkin terpenuhi, jika siswa belajar tanpa henti dan tidak hanya selama di pendidikan formal saja, melainkan juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.

b)      Kondisi Eksternal

Yang dimaksud dengan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia. Misalnya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif, diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, seperti :

·   Ruang belajar harus bersih, tidak terdapat bau yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran.

·   Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu pandangan mata.

·   Sarana yang diperlukan tercukupi untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dsb.

c)      Strategi Belajar

Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil semaksimal mungkin. Adapun cara belajar yang baik dengan petunjuk sebagai berikut :

·   Keadaan Jasmani

Belajar merupakan tenaga yang harus dijaga, karena itu untuk mencapai hasil yang baik diperlukan keadaan jasmani yang sehat agar tidak mudah sakit, dsb.

·   Keadaan Emosional dan Sosial

Siswa yang merasa jiwanya tertekan, selalu dalam keadaan takut akan kegagalan, mengalami kegoncangan karena emosi yang tidak kuat, tidak mungkin dapat belajar secara efektif. Maka, keadaan tersebut harus dijaga dengan baik.

·   Keadaan Lingkungan

Tempat belajar hendaknya tenang, tanpa gangguan dari luar. Begitu juga sebelum pelajaran dimulai, hendaknya apa-apa yang dibutuhkan dipersiapkan terlebih dahulu.

·   Memulai Belajar

Dalam hal ini, sering menunda dan enggan untuk memulai belajar. Maka, kita harus mengatasinya dengan suatu “perintah“ pada diri sendiri untuk memulai pekerjaan tersebut tepat pada waktunya.

·   Membagi Pekerjaan

Dengan semboyan “Devide et Impera“ kita dapat menyelesaikan pekerjaan yang banyak sekaligus. Dengan pintar-pintar memilih mana yang lebih penting dan harus dikerjakan terlebih dahulu, daripada hal-hal yang dianggap kurang menguntungkan.

·   Adakan Kontrol

Selidiki kembali pada akhir belajar, sampai sejauh manakah bahan tersebut dapat dikuasai. Jika hasilnya kurang memuaskan kiranya memerlukan latihan khusus, sebaliknya jika hasilnya sudah bagus perlu ditingkatkan dan dipertahankan lagi.

·   Pupuk sikap optimistis

Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi akan meningkat dan karena itu memupuk sikap optimistis sangat penting. 

·   Waktu bekerja

Waktu yang tepat kita jadikan alat untuk memerintah diri kita sendiri. Karena, jika kita menyimpang dari waktu yang telah direncanakan maka akan mengalami kegagalan.

·   Buatlah suatu rencana kerja

Dengan adanya suatu rencana kerja dengan pembagian waktu, tampaklah bahwa selalu cukup waktu untuk belajar. Hanya dengan rencana kerja yang teliti kita dapat menggunakan waktu dengan efisien.

·   Menggunakan waktu

Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khusus.

·   Belajar keras tidak merusak

Belajar dengan penuh konsentrasi itu tidak merusak. Yang merusak ialah menggunakan waktu tidur untuk belajar, karena dapat mengurangi waktu istirahat.

·   Cara mempelajari buku

Sebelum kita mulai membaca buku, terlebih dahulu kita coba memperoleh gambaran tentang buku melalui garis besarnya dengan menyelidiki daftar isi buku tersebut.

·   Mempertinggi kecepatan membaca

Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyak-banyaknya dari bacaan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seorang pelajar harus mencapai kecepatan membaca sekurang-kurangnya 200 perkataan dalam satu menit. Ini hanya mungkin jika kita membaca dengan “lompatan mata“ tanpa mengucapkannya dengan menggerakkan bibir atau dalam hati, karena pengucapan itu dapat memperlambat kecepatan.

·   Jangan membaca belaka

Membaca bukan sekedar mengetahui kata-katanya, melainkan juga mengikuti jalan pikiran si pengarang, reading may be regarded as reasoning. Setelah kita membaca satu bagian, kita harus mengatakannya kembali dengan kata-kata sendiri sambil merenungkan isinya secara kritis dan membandingkannya dengan apa yang telah kita ketahui. Jadi, kita harus mengadakan reaksi terhadap apa yang kita baca, dengan mengajak orang lain untuk berdiskusi.

3)      Metode Belajar

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai tersebut akan menjadi kebiasaan yang dapat mempengaruhi belajar itu sendiri.

a.      Pembuatan Jadwal dan Pelaksanaannya

Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang akan dilakukan seseorang setiap harinya, agar dapat berjalan dengan baik dan berhasil. Maka, cara membuat jadwal yang baik

adalah sebagai berikut :

·         Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan keperluan seperti tidur, makan-minum, mandi, olah raga, belajar, dsb.

·         Menyelidiki dan menentukan waktu yang tersedia setiap hari.

·         Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urut-urutan yang harus dipelajari.

·         Menyelidiki waktu mana yang dapat digunakan untuk belajar dengan hasil terbaik. Setelah diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit, sedangkan pelajaran yang dianggap ringan dapat dipelajari pada jam belajar yang lain.

·         Berhematlah dengan waktu, dan jangan ragu untuk belajar dan memulai suatu pekerjaan.

b.      Membaca dan Membuat Catatan

Agar dapat belajar dengan baik, salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai untuk belajar adalah metode SQR4, yaitu Survey (meninjau), Question (mengajukan pertanyaan), Read (membaca), Recite (mengahafal), Write (menulis), dan Review (mengingat kembali).

Membuat catatan juga sangat berpengaruh dalam membaca. Catatan yang baik, rapi, lengkap, teratur, akan menambah semangat dalam belajar, karena tidak terjadi rasa bosan untuk membaca dalam jangka waktu yang lama. Dalam membuat catatan sebaiknya diambil intisarinya saja dengan tulisan yang jelas dan teratur, agar mudah dibaca dan dipelajari. Bahkan perlu ditulis juga tanggal dan hari mencatatnya, pelajaran apa, siapa gurunya, bab/pokok yang dibahas dan buku pegangan wajib/pelengkap. Karena, buku pegangan wajib/pelengkap ini perlu untuk memperkaya dalam mempelajari suatu mata pelajaran/bidang studi.

c.       Mengulangi Bahan Pelajaran

Dengan adanya pengulangan (review),bahan yang belum dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat dilakukan secara langsung setelah membaca, atau mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat ringkasan, maupun mempelajari soal-soal yang sudah pernah dibuatnya. Agar dapat mengulang dengan baik, maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya melalui menghafal dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh-sungguh.

Menghafal dapat dengan cara diam, tetapi otaknya berusaha mengingat dan juga dapat dengan membaca keras/ mendengarkan dan juga dengan menulisnya.

d.      Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Dalam belajar, konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.

Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi dengan baik, dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan untuk memusatkan pikiran.

Agar dapat berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya usaha sebagai berikut : siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi, ada tempat belajar tertentu dengan meja belajar yang bersih dan rapi, mencegah timbulnya kejemuan/kebosanan, menjaga kesehatan dan memperhatikan kelelahan, menyelesaikan masalah yang mengganggu dan bertekad untuk mencapai tujuan/ hasil yang terbaik setiap kali belajar.

e.      Mengerjakan Tugas

Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan-latihan. Mengerjakan tugas dapat berupa mengerjakan tes/ulangan atau  ujian yang diberikan guru, tetapi juga termasuk membuat/mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku maupun soal-soal buatan sendiri.

Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlunya diberikan tugas untuk dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Tugas tersebut, mencakup mengerjakan PR, menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, tes/ ulangan harian, ulangan umum dan ujian.

b.      Mengajar Yang Efektif

Mengajar adalah membimbing siswa, agar mengalami proses belajar. Dalam belajar, siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus membantu dengan cara mengajar yang efektif. Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Maka, untuk mengajar yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

1)      Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa harus mengalami aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.

2)      Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan variasi metode, mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.

3)      Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak selanjutnya melalui Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.

4)      Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian anak, disamping kebutuhan anak sebagai anggota masyarakat.

5)      Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intellegensi, bakat, tingkah laku, sikap, dll.

6)      Guru akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan dahulu sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa mantap dan lebih percaya diri berdiri didepan kelas untuk melakukan interaksi dengan siswa-siswinya.

7)      Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat, akan merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar.

8)      Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya, berkenaan dengan permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar Mengajar berlangsung.

9)      Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah. Lingkungan yang saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak, bertenggang-rasa, dll.

10)  Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan persoalan yang dapat merangsang anak untuk berpikir dan memunculkan reaksinya.

11)  Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan, sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.

12)  Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat.

13)  Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, dsb.

14)  Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, dsb.

 

5.      Komponen Pembelajaran

Sebagai suatu sistem, tentu saja Kegiatan Belajar Mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen yang meliputi :

a.      Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan tersebut akan dibawa.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan sosialnya maupun diluar sekolah.

Tujuan adalah suatu komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari semua komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

Tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subyek belajar.

Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus diterapkan dalam proses pengajaran berfungsi sebagai indicator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Isi tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah hasil belajar yang diharapkan.

b.      Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam Proses Belajar Mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka Proses Belajar Mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/ penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok.

Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran.

Oleh karena itu, kepada guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik, akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan.

c.       Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan Belajar Mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran, dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka demikian, dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan Mastery Learning yang merupakan salah satu strategi belajar-mengajar pendekatan individual.

d.      Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu, disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.

 

 

e.      Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan, pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.

Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.

f.        Sumber Belajar

Belajar-Mengajar telah diketahui maknanya. Bukan berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan yang didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai tersebut, tidak mungkin datang dengan sendirinya, akan tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam Proses Belajar Mengajar.

Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana, misalnya disekolah, halaman, pusat kota, pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut, tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Dalam mengemukakan sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat digunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan gambaran apa saja yang termasuk kategori sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat dari:

1)      Ny. Dr. Roestiyah N.K., sumber-sumber belajar itu adalah :

·         Manusia dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

·         Buku atau Perpustakaan.

·         Media massa (majalah, surat kabar, radio, TV, dll).

·         Dalam lingkungan.

·         Alat pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, type recorder, papan tulis, kapur, spidol, dsb). f) Museum.

2)      Drs. Sudirman N, dkk mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut :

·         Manusia (people).

·         Bahan (materials).

·         Lingkungan (setting).

·         Alat dan Perlengkapan (tool and equipment).

·         Aktivitas (activities) meliputi: Pengajaran berprogram, Simulasi, Karyawisata, Sistem pengajaran modul. Sedangkan aktivitas sebagai sumber belajar, biasanya meliputi: Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa,  materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari, aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. 

g.      Evaluasi

Arti dari Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan, dan penentuan nilai dari Sesuatu. Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

Berbeda dengan pendapat tersebut Ny. Roestiyah N.K., mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat pula diketahui tujuan penggunaan evaluasi, yang dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

3)      Tujuan Umum dari evaluasi adalah :

·         Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

·         Memungkinkan pendidik/ guru menilai aktivitas/ pengalaman yang didapat.

·         Menilai metode mengajar yang digunakan.

4)      Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk mengukur dan menilai sampai dimanakah efektivitas mengajar dan metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh pendidik.

5)      Tujuan Khusus dari evaluasi adalah :

·         Merangsang kegiatan siswa.

·         Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.

·         Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.

·         Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.

·         Untuk memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar.

Dari tujuan-tujuan tersebut, maka pelaksanaan evaluasi mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat itu ditinjau dari pelaksanaanya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan Proses Belajar Mengajar dimasa mendatang.

Dari tujuan itu, juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi Proses, adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan Proses Belajar Mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, kendala apa saja yang ditemui, dan bagaimana kerja-sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Sedangkan Evaluasi Produk, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah diberikan guru ketika Proses Belajar Mengajar berlangsung.

Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut :

·         Untuk memberikan umpan-balik (feed-back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki Proses Belajar Mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.

·         Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid, antara lain digunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus-tidaknya seorang murid.

·         Untuk menentukan murid didalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik lainnya yang dimiliki murid.

·         Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan belajar, agar nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan belajar yang timbul tersebut.

 

6.      Pembelajaran Klasikal

Pembelajaran Klasikal merupakan kemampuan guru yang utama. Hal itu disebabkan karena merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Karena, jumlah siswa setiap kelas pada umumnya berkisar dari 10-45 siswa. Dengan jumlah tersebut, seorang guru masih dapat membelajarkan siswa secara berhasil. Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu Manajemen Kelas dan Manajemen Pembelajaran.

Manajemen Kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam Manajemen Kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi tempat belajar dan siswa yang terlibat dalam belajar.

Sedangkan Manajemen Pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan kelompok kecil berlaku dalam pembelajaran secara klasikal. Tekanan utama dalam pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Disamping penyusunan desain instruksional yang dibuat, maka pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :

a.      Penciptaan tertib belajar dikelas.

b.      Penciptaan suasana senang dalam belajar.

c.       Pemusatan perhatian pada bahan ajar.

d.      Mengikut-sertakan siswa belajar aktif.

e.      Pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa.

Dalam pembelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atau bertindak sebagai tim pembelajar. Bila guru menjadi tim pembelajar, maka azas tim pembelajar harus dipatuhi. Sebagai tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas dengan baik dan benar.

Adapun bermacam-macam cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran klasikal ini, antara lain kita dapat membentuk kelompok-kelompok kecil siswa yang anggotanya telah menguasai keterampilan prasyarat yang sama walaupun antara kelompok satu dengan yang lain berbeda dalam penguasaan keterampilan prasyaratnya, sehingga dapat memperkirakan bentuk pancingan ingatan dan bimbingan belajar yang dibutuhkan secara tepat untuk masing-masing kelompok. Cara lain yang sering dipakai ialah mengatur pengajaran, sehingga belajar awal dapat dilakukan oleh siswa secara perseorangan. Bahan-bahan pengajaran yang berprogram bisa dipergunakan untuk tujuan ini, biasanya siswa mengerjakan pengajaran-mandiri (self-instruction) dengan mempelajari buku-buku teks sebagai PR. Cara selanjutnya adalah guru bertanya kepada anggota kelas (siswa) yang memerlukan bimbingan belajar. Untuk melakukan prosedur ini, guru menggunakan pengetahuannya tentang siswa secara perseorangan untuk memperkirakan siapa diantara mereka yang mungkin memerlukan bantuan dan memerlukan petunjuk dalam mengungkap kembali hasil belajar yang sebelumnya.

Adapun dalam pembelajaran klasikal terdapat Kelebihan dan Kelemahannya yaitu:

a.      Kelebihannya:

·         Efisiensi tenaga maupun waktu.

·         Tata tertib pada pengawasan anak-anak lebih mudah.

·         Anak-anak saling belajar satu sama lainnya.

·         Anak-anak membiasakan kerja-sama atau bersosialisasi.

·         Ada persaingan yang sehat.

·         Membiasakan untuk memimpin dan dipimpin.

·         Mendidik jiwa yang demokratis.

·         Variasi bagi guru dan murid.

·         Ada waktu istirahat bagi guru.

·         Dapat digalang persatuan anak-anak yang kelak tetap ada.

·         Semua anak sekaligus mengisi waktunya.

·         Ada faktor-faktor tertentu yang harus dilakukan secara bersama-sama, misalnya menyanyi, olah-raga, dsb.

b.      Kelemahannya :     

·         Setiap anak mempunyai perbedaan dalam : bakat, kepekaan sosial, kecakapan, agama/ keyakinan, ekonomi, perhatian, cita-cita, kecerdasan, dll sehingga tidak mungkin mendapatkan perlakuan yang sama.

·         Sukar untuk membagi perhatian bagi setiap anak didik.

·         Anak akan belajar juga kepada hal-hal yang kurang bahkan tidak baik dari teman-temannya.

·         Yang cerdas akan terhambat oleh anak-anak yang kurang cerdas.

·         Yang pandai dapat menjadikan ia sombong/ besar kepala, sebaliknya yang bodoh merasa terbelakang/ minder.

·         Adanya penyakit yang mudah menular, sehingga yang sakit harus segera mengejar pelajaran yang telah ditinggalkan dalam waktu yang lama.

·         Bakat-bakat yang dimiliki individu sukar untuk berkembang.

Sumber : http://robiatulmunajahpgsd.blogspot.com/2017/04/efektivitas-pembelajaran.html

 

Cara Menggunakan Google Classroom Sebagai Kelas Belajar Online

  Masa pandemi Covid-19 saat ini masih berlangsung dan terus mewabah di semua wilayah Indonesia banyak sudah korban berjatuhan, tidak hanya ...